Ibnu Atha'illah berkata, "Rasulullah SAW. bersabda, 'Hati manusia lebih bergolak daripada kuali yang sedang mendidih di atas api.'" (HR Ahmad dan Al-Hakim).
Betapa banyak manusia yang kadang-kadang hatinya menyatu dengan Allah, tetapi sebentar kemudian berpisah. Betapa banyak yang menghabiskan malamnya dalam ketaatan kepada Allah, tetapi ketika matahari terbit, ia tak ingat lagi kepada-Nya. Hati sama seperti mata. Bukan keseluruhan mata yang bisa melihat, melainkan bagian lensanya saja. Begitu pun keadaan hati. Jadi, bagian hati yang memandang bukanlah bagian lahiriahnya yang berupa gumpalan daging, melainkan unsur lembut yang Allah lekatkan di dalamnya. Unsur itulah yang bisa memandang dan menangkap. Sengaja Allah tempatkan hati bergantung di dada bagian kiri seperti ember. Kalau dibebani oleh syahwat, ia akan bergerak dan kalau dibebani ketakwaan ia juga akan bergerak. Kadang-kadang lintasan nafsu atau syahwat yang lebih dominan dan kadang-kadang lintasan takwa yang lebih dominan. Karena itulah kadang-kadang hati menyadari dan menerima karunia Allah dan kekuasaan-Nya. Kadang-kadang pada saat tertentu lintasan nafsu dapat dikendalikan dan dikalahkan oleh lintasan takwa sehingga hati pun memujimu. Tetapi, di saat lain lintasan takwa dikalahkan lintasan nafsu sehingga hati pun mencelamu. Kedudukan hati bagaikan atap rumah. Bila kau menyalakan api dalam rumah, asapnya akan membumbung ke atap hingga membuatnya hitam. Seperti itu pulalah api syahwat. Kalau api syahwat berkobar dalam tubuh, asap-asap dosanya akan naik memenuhi hati dan menghitamkannya.
--Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-'Arus
Diambil dari Page Tasawuf Underground
:)
No comments:
Post a Comment