..:: Al-Quran:::..

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam... kerana diammu itu adalah salah satu bukti cintamu padanya...kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mahu merosak kesucian dan penjagaan hatinya.

-al-'Asyiq


قُلْ سِيْرُوا فِى الَأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ بَدَأَ الخَلْقَ



" Tanda Kita kasih Kepada al-Qur'an Ialah Dengan Kita Membacanya, Beramal Dengannya, Memahami Tuntutan, Menjunjung Suruhan dan Meninggalkan Larangan-Nya.."

"...Sesungguhnya Allah Tidak Melihat Kepada Jasad dan Tidak Juga Kepada Rupa Paras Kamu, Tetapi Allah Taala Memandang Kepada Hati Kamu.." - Hadis Rasulullah SAW.

::..Baca dan Cintai al-Quran & Buku Demi RedhaNya Supaya Tergolong Dalam Orang-Orang Yang Berfikir..::

`::: HaDis :::


click to create your glitter text

Rasulullah SAW bersabda: " Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberi kemudahan baginya menuju syurga.."

~ Mutiara kata al Hikmah ~

" Allah menurunkan rahmat ilmu melalui lapar dan berpuasa. Sebaliknya kejahilan terjadi akibat perut yang sentiasa kenyang."

Friday, May 2, 2014

JEJAK CINTA SEORANG HAMBA

Imam Abu Bakar Asy-Syibli menceritakan:

Aku berjumpa dengan seorang perempuan yang berasal dari Habsyah yang tampak linglung tak tentu arah. Dia berlari-lari dan berjalan cepat tak tahu tujuan.
Lalu, kukatakan kepadanya, “Wahai Ibu, kasihanilah dirimu!”
Tiba-tiba dia menjawab, “Huwa (Dia).”
“Darimana engkau sebenarnya?” tanyaku.
“Dari Huwa (Dia).”
“Engkau mau pergi kemana?”
“Pergi ke Dia.”
“Apa yang kau inginkan dari Dia?”
“Dia.”
Akhirnya, aku bertanya, “Berapa kali engkau menyebut Dia?”
“Lidahku tak pernah lelah menyebut Dia (Huwa) sampai aku bertemu dengan Dia,” jawabnya tegas.
Lalu, tiba-tiba dia bersenandung,
“Kehormatan cintaku kepada-Mu tak tergantikan.
Hanya Engkau yang kutuju; tidak ada yang lainnya.
Aku tergila-gila kepada-Mu, meski mereka menganggapku sakit.
Kujawab bahwa sakit ini tak pernah lenyap dari diriku.”
Kemudian, Imam Abu Bakar Asy-Syibli mengatakan kepada perempuan itu:
“Wahai hamba Allah, apakah yang engkau maksud dengan Dia (Huwa)? Apakah Allah?

Tiba-tiba, mendengar kata “Allah” disebut oleh Asy-Syibli di depannya, nafasnya langsung tersengal-sengal, lalu
ia secara mengejutkan meninggal dunia sejurus setelah itu.

Imam Abu Bakar Asy-Syibli pun bercerita bahwa ketika dirinya hendak mengurus jenazah wanita tersebut, tiba-tiba dia mendengar suara, “Wahai Asy-Syibli, barang siapa mabuk cinta kepada Kami, linglung mencari Kami, lalu terus berdzikir mengingat Kami, serta meninggal dengan nama Kami, biarkanlah dia kepada Kami! Pengurusan (jenazahnya) menjadi kewajiban Kami!”

Lalu, segera saja Asy-Syibli menoleh ke arah suara itu. “Aku menoleh ke sumber suara itu, tapi aku tak melihat siapa pun. Aku terhijab. Aku pun tak tahu apakah wanita tersebut diangkat atau dikubur. Wanita itu mendadak hilang. Semoga Allah mengampuninya.”

--Dikutip dari kitab Al-Qashd Al-Mujarrad fi Ma’rifat al-Ism Al-Mufrad karya Ibnu Atha’illah

SELALU DIAWASI OLEH TUHAN

Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan, “Jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari.”

Syeikh Abu Utsman Al Maghriby mengatakan, “Abu Hafs mengatakan kepadaku, ‘ketika engkau duduk mengajar orang banyak jadilah seorang penasihat kepada hati dan jiwamu sendiri dan jangan biarkan dirimu tertipu oleh ramainya orang berkumpul di sekelilingmu, sebab mungkin mereka hanya melihat wujud lahiriahmu, sedangkan Allah SWT memperhatikan wujud batinmu.”

Dalam tasawuf, kita mengenal sikap muraqabah, yakni merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Sesungguhnya manusia hakikinya selalu berhasrat dan ingin kepada kebaikan dan menjunjung nilai kejujuran dan keadilan, meskipun tidak ada orang yang melihatnya. Kehati-hatian (mawas diri) adalah kesadaran. Kesadaran ini makin terpelihara dalam diri seseorang hamba jika meyakini bahwa Allah SWT selalu melihat dirinya.

Dalam setiap keadaan seorang hamba tidak akan pernah terlepas dari ujian yang harus disikapinya dengan kesabaran, serta nikmat yang harus disyukuri. Muraqabah adalah sikap tidak berlepas diri dari kewajiban yang difardhukan Allah SWT yang mesti dilaksanakan, dan larangan yang wajib dihindari. Muraqabah dapat membentuk mental dan kepribadian seseorang sehingga ia menjadi manusia yang jujur.

Semoga bermanfaat!


MAHADAYA CINTA ALLAH

Sirri As-Saqathi mengatakan, “Siapa yang mencintai Allah, maka ia hidup. Siapa yang cenderung pada dunia, maka ia kurang waras. Orang tolol menjalani pagi dan sore harinya tanpa melakukan apa-apa. Sedangkan orang yang berakal senantiasa meneliti kekurangan-kekurangannya.”

Nabi juga pernah ditanya, “Apa amal yang paling utama?” Maka Nabi menjawab, “Ridha kepada Allah dan cinta kepada-Nya. “

Tentu kita adalah orang yang waras. Yang selalu menggunakan akal dan hati untuk melihat karunia dan cinta Allah yang begitu besar bagi kita. Demi cinta dan cinta-Nya, Allah menciptakan kita. Dia Maha Pencemburu ketika melihat kekasihnya pindah ke lain hati, atau lebih mencintai dunia semua daripada Tuhannya sendiri.

Ibrahim bin Khawwas mengatakan, “Cinta adalah terhapusnya keinginan dan terbakarnya sifat dan kebutuhan.”
Abu Yazid berkata, “Seorang pecinta tidak mencintai dunia maupun akhirat. Yang ia cintai hanyalah Yang Menguasai dunia dan akhirat.”


Sedangkan Asy-Syibli mengatakan, “Cinta adalah ketakjuban terhadap kenikmatan-Nya dan keheranan dalam mengagungkan-Nya.

Suatu saat Sahal At-Tustari ditanya tentang cinta, ia pun menjawab, “Cinta adalah kasih sayang hamba-Nya karena musyahadah-nya setelah ia memahami apa yang dikehendaki Allah.”

Semoga kita bisa mencinta Allah, menjadi kekasih-Nya, serta siap menerima limpahan cahaya cinta-Nya yang masuk ke relung hati kita masing-masing.

--Dikutip dari Al-Mahabbah karya Imam Al-Ghazali


NASIHAT SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI UNTUK KITA


"Wahai anakku terkasih! Aku nasihatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah dan senantiasa takut untuk menyakiti hati-Nya. Aku juga menasihatkan kepadamu agar setiap saat engkau siap memenuhi kewajibanmu kepada kedua orangtuamu dan kepada orang-orang tua (masyâ’ikh), sebab Allah memandang dengan penuh keridhaan kepada hamba-Nya manakala memenuhi kewajiban itu. Engkau harus menjadi pengawal setia Kebenaran, baik ketika engkau sendirian maupun sedang berada bersama orang banyak.”



---Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani


HADIS QUDSI PEMBANGKIT SUKMA

Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam! Perbanyaklah bekalmu karena perjalanan sangat jauh. Perbaikilah amal ibadahmu karena laut sangat dalam. Cermatilah dalam beramal karena as-shirat begitu halus. Serta ikhlaslah dalam bekerja karena sang pengintai Maha Melihat.


Semua keinginanmu hendaknya di surga, istirahatmu adalah menuju akhirat, serta bagimu ada bidadari bermata jeli. Mengabdilah kepada-Ku, niscaya Aku melayani dirimu. Mendekatlah pada-Ku dengan meremehkan dunia dan mencintai orang-orang shaleh. Sungguh Allah tak akan menyia-nyiakan paha orang yang berbuat baik."


---Dikutip dari kitab Kimiya As-Sa'adah karya Imam Al-Ghazali


SABDA ADAM UNTUK KITA

Diriwayatkan bahwa Nabi Adam a.s.bersabda,"Allah memberi empat macam kemuliaan kepada umat Muhammad yang tidak Allah berikan untukku,yakni:

1.Allah menerima tobatku di Mekah,sedangkan umat Muhammad diterima tobatnya dimana pun tempatnya.

2.Ketika aku melakukan dosa,Allah menghilangkan pakaian-pakaianku saat itu juga,sedangkan umat Muhammad tetap diberi pakaian meskipun mereka

durhaka kepada Allah.


3.Ketika aku berbuat dosa,Allah memisahkan aku dengan istriku,sedangkan umat Muhammad ketika berbuat dosa tidak dipisahkan dengan istrinya.

4.Aku berbuat dosa di surga,lalu Allah mengusirku dari surga ke dunia,sedangkan umat Muhammad berbuat dosa di luar surga,lalu Allah memasukkan mereka ke surga bila mereka bertobat."

Saad bin Hilal r.a.mengatakan,"Bila manusia (umat Muhammad) berbuat dosa,maka Allah tetap memberikan empat anugerah kepadanya,yakni:


1.Dia tidak terhalang mendapat rezeki.
2.Dia tidak terhalang untuk mendapatkan kesihatan badan.
3.Allah tidak akan memperlihatkan dosanya semasa di dunia.
4.Allah tidak menghukumnya di dunia."

Renung-renungkanlah, pikir-pikirkanlah...


ALLAH SELALU MENYAKSIKAN PERBUATAN KITA

Alkisah, seorang istri yang lama ditinggal pergi suaminya; bersya’ir di tengah malam yang kelam. Kebetulan syair ini didengar oleh Umar bin Khatab ra. Wanita ini mengungkapkan kegalauan dan kegundahan hatinya yang sangat ‘kesepian,’ karena tak ada suami yang mendampinginya. Dia bersyair:

لَقَدْ طَالَ هَذَا اللَّيْلُ وَاسْوَدَّ جَانِبُهُ وَأَرَقَّنِيْ أَلاَّ خَلِيْلَ أُلاَعِبُهُ فَوَاللهِ لَوْ لاَ اللهَ تُخْشَى عَوَاقِبُهُ لَحَرَّكَ مِنْ هَذَا السَّرِيْرِ جَوَانِبُهُ

Sungguh terasa teramat panjangnya malam ini, juga teramat sunyi.
Lebih membuatku gundah lagi, tiada suami yang mencumbuiku.
Namun demi Allah, sekiranya bukan karena takut terhadap Allah.
Pasti ranjang ini telah bergetar karena kemaksiatan.
Syair ini mengandung makna muraqabah. Tak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan Allah. Semua
diketahui dan diawasi oleh-Nya. Allah selalu menyaksikan seluruh perbuatan kita. 

Ibnu Abas ra menuturkan, pada suatu hari saya berada di belakang Nabi Muhammad SAW, lalu beliau bersabda,
“Wahai ghulam, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi) 

Abdullah bin Dinar menuturkan bahwa suatu ketika saya pergi bersama Umar bin Khattab, menuju Mekah. Ketika kami sedang beristirahat, tiba-tiba muncul seorang penggembala menuruni lereng gunung menuju kami. Umar berkata kepada penembala: “Hai pengembala, juallah seekor kambingmu kepada saya.” Ia menjawab, “Tidak !, saya ini seorang budak.” Umar menimpali lagi, “Katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya diterkam serigala.” Pengembala mengatakan lagi, “kalau begitu, dimanakah Allah?” Mendengar jawaban seperti itu, Umar menangis. Kemudian Umar mengajaknya pergi ke tuannya lalu dimerdekakannya. Umar mengatakan pada pengembala tersebut, “Kamu telah dimerdekakan di dunia oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bisa memerdekakanmu di akhirat kelak.” 

Pikir-pikirkanlah!


BELAJAR TENTANG KESADARAN ILAHI

Allah SWT berfirman, “Dan Kami lebih dekat padanya dari pada urat lehernya sendiri.” Allah begitu dekat dan mengetahui segala sesuatu yang dilakukan oleh hamba-Nya.Allah mengawasi segalanya. Karena itu, muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Karena, dengan muraqabah inilah seorang hamba dapat menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dimanapun ia berada, hingga mampu mengantarkannya pada derajat seorang Mukmin sejati.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang merindukan pertemuan dengan Allah, maka Allah pun akan merindukan pertemuannya dengan diri-Nya. Dan barang siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak menyukai pertemuan dengannya” (HR. Bukhari).

Memiliki rasa rindu seperti ini jelas tak mudah. Sikap ini tidak akan muncul dengan sendiri, tetapi harus dipelajari, disadari dan diusahakan.Sesorang yang bermuraqabah kepada Allah, akan memiliki ‘firasat’ yang benar. Al-Imam al-Kirmani mengatakan, “Barang siapa yang memakmurkan dirinya secara dzahir dengan ittiba’ sunnah, secara batin dengan muraqabah, menjaga dirinya dari syahwat, manundukkan dirinya dari keharaman, dan membiasakan diri mengkonsumsi makanan yang halal, maka firasatnya tidak akan salah.”

Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik guna menghapuskan perbuatan buruk tersebut, serta gaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Allah SWT juga berfirman,“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu menampakkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah [2]: 284)


KEAJAIBAN KALIMAT TAUHID

Abu Muhammad ibn Ibrahim al-Wasithi menuturkan, “Ada seseorang yang berdiri di padang ‘Arafah. Lalu ia bertawaf dengan menggenggam tujuh batu. Ia berseru, ‘Hai batu-batu, saksikanlah bahwa saya telah bersaksi tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.’

Orang itu lalu tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seakan-akan hari kiamat telah datang dan ia pun dihisab. Ternyata, ia diputuskan untuk dijebloskan dalam api neraka. Ketika para malaikat menggiringnya ke naraka, tiba-tiba ia melihat satu batu dari tujuh batu itu yang melindungi dirinya di depan pintu neraka. Lalu para malaikat penyiksa berkumpul untuk mengangkat batu-batu itu.

Anehnya, para malaikat itu tidak sanggup menggeser batu-batu tersebut barang sedikit pun. Orang itu pun dibawa ke pintu lainnya. Tiba-tiba ia pun melihat satu batu dari tujuh batu itu yang telah menutup pintu neraka. Lagi-lagi, para malaikat tidak mampu mengangkat batu tersebut. Hingga akhirnya, ia dibawa ke pintu-pintu lainnya sampai pada pintu yang ketujuh, namun keadaannya pun sama.

Di setiap pintu neraka, terdapat sebuah batu dari tujuh batu itu. Kemudian orang itu dibawa ke ‘Arasy. Allah Swt. berfirman, ‘Hamba-Ku itu telah disaksikan oleh batu-batu. Batu-batu itu tidak menyia-nyiakan hakmu. Maka, bagaimana mungkin Aku akan menyia-nyiakan hakmu. Aku menjadi saksi atas kesaksian yang telah kamu ucapkan. Karena itu, masukkanlah dia ke surga.’ Ketika orang itu telah dekat dengan pintu surga, ternyata pintu-pintu surga masih terkunci rapat. Tiba-tiba datanglah kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Maka, dengan otomatis pintu-pintu surga terbuka dan akhirnya orang itu pun masuk ke dalam surga.”

Rasulullah bersabda, “Siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah mengharamkan neraka kepadanya.” (HR Muslim).

HADIS TENTANG ZUHUD PENGHILANG KETAMAKAN

Zaid bin Tsabit r.a. menuturkan, “Kami mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Danbarangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)." (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Rasulullah SAW juga bersabda, “Sungguh, sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya.” (HR. Muslim)


PESAN SYEKH ABDUL QADIR JAILANI TENTANG CINTA


“Aduhai engkau yang mengaku mencintai Allah ‘Azza wa Jalla, namun masih juga mencintai lainnya!Dia-lah yang jernih dan selainnya adalah keruh. Apabila engkau mengeruhkan kejernihan itu dengan mencintaiselain-Nya, maka Dia akan membuatmu sedih. Allah Ta’alla akan melakukan seperti yang dilakukan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Yakub a.s. Ketika keduanya cenderung kepada anak mereka masing-masing, Dia lantas menguji dengan anak yang mereka cintai itu.


Demikian pula terhadap nabi kita, Muhammad saw. Ketika beliau cenderung kepada kedua cucunya, Hasan dan Husein, kemudian Jibril datang dan bertanya kepada beliau, “Apakah engkau mencintai mereka?” Maka beliau menjawab, “Ya!” Lalu, Malaikat Jibril berkata, “Salah seorang dari mereka akan diracuni. Dan yang lainnya akan dibunuh.” Maka saat itu, beliau mengeluarkan Hasan dan Husein dari hatinya dan mengosongkannya hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla. Kegembiraan dengan keduanya berubah menjadi kesedihan terhadap mereka. Allah SWT itu cemburu terhadap hati para nabi, wali, dan hamba-hamba-Nya yang saleh. 

Wahai orang-orang yang mencari dunia dengan kemunafikan! Bukalah tanganmu!Engkau tidak akan melihat apa-apa di sana. Celaka engkau! Engkau tidak mau bekerja, engkau hanya makan harta orang lain dengan menjual agamamu. Bekerja adalah perbuatan semua nabi. Tak seorang pun dari mereka yang tidak bekerja, dan pada akhirnya mereka mengambil imbalan dari makhluk dengan izin Tuhan mereka.


Wahai orang yang mabukdengan arak dunia, syahwat, dan kepandiran, sebentar lagi kalian akan sadar ketika berada di liang kubur. 

---Ceramah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada 18 Rajab 545 H. Dikutip dari kitab Fath Ar-Rabani wa Al-Faidh Ar-Rahmani

INDAHNYA MEMAAFKAN

Anas r.a. menuturkan, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Allah ta’ala telah berfirman: “Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah kekuatan itu terletak pada pegulat, namun kekuatan itu diukur dalam mengekang nafsu di saat memuncaknya emosi/amarah seseorang” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang pria bertanya; “Ya Rasulullah, aku punya banyak kerabat dan aku berusaha menyambung (silaturahim) mereka, namun mereka memutuskan (silaturahim) kepadaku. Dan aku tetap berusaha baik kepada mereka, namun mereka membalasnya dengan keburukan terhadap aku. Dan aku selalu sabar menghadapi mereka, sedangkan mereka terus menyakitiku.” Beliau lalu bersabda: “Jika keadaanmu seperti apa yang kamu katakan, maka itu seolah-olah kamu memberikan abu panas kepada mereka. Dan kamu akan tetap ditolong Allah selama kamu tetap berbuat demikian.” (HR. Muslim)

Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah SAW tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah SAW membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (HR Ibnu Abud-Dunya)


JANJI ALLAH UNTUKMU YANG BERSYUKUR

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.“ (QS. 3:145)

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.“ (QS. 4:147)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7)

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.31:12)


“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.”(QS.39:7)


“Sebagai ni’mat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur,“ (QS.54:35)


ENAM PERTANYAAN IMAM AL-GHAZALI

Suatu ketika Imam Al-Ghazali berkumpul bersama murid-muridnya dan bertanya 6 perkara:

"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" tanya Imam Al-Ghazali. Murid-muridnya menjawab berbeda-beda. Mereka menjawab “Orangtua,” “guru,” “teman” dan “kerabat.” Lalu, Sang Imam menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar, tapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian."

"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" tanya Imam Al-Ghazali.
Murid-muridnya menjawab: bulan, matahari, dan bintang-bintang. Beliau menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi, jawaban yang paling benar adalah “Masa lalu.” Kita tidak bisa kembali ke masa lalu dengan kendaraan apa pun. Maka, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Ilahi.


"Apa yang paling besar di dunia ini?" tanya Imam Ghazali.
Murid-muridnya menjawab: gunung, bumi, lautan dan matahari. Menurut Imam Al-Ghazali, semua jawaban mereka benar.Namun, hal yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu." Karena itu kita harus hati-hati dengan hawa nafsu.


"Apa yang paling berat di dunia ini?" tanya Sang Imam lagi. 
Mereka menjawab: baja, besi, dan gajah. Al-Ghazali mengatakan bahwa semua jawaban mereka benar, tapi hal yang paling berat adalah "memegang amanah."

"Apa yang paling ringan di dunia ini?" tanya Imam Al-Ghazali. 
Mereka menjawab: kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Sang Imam menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar, namun yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan shalat.” Sungguh begitu banyak orang yang sering meninggalkannya dengan begitu ringan.

"Apakah yang paling tajam di dunia ini?" tanya Imam Ghazali.
Murid-muridnya menjawab dengan serentak: “Pedang.” Lalu, Sang Imam pun menjawab, “Kalian benar!” Tapi, menurunya, benda yang paling tajam di dunia ini adalah "lidah manusia."



WAHAI ANAKKU...

Sekalipun engkau belajar selama 100 tahun dan mengumpulkan 1000 kitab, kau tak akan mendapatkan rahmat Allah tanpa beramal.

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” 
(QS. An-Najm [53]: 39)

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)

Anakku…

Selama tidak beramal, engkau pun tidak akan mendapatkan pahala. Ali Karramallahu wajhahu berkata, “Siapa yang mengira dirinya akan sampai pada tujuan tanpa sungguh-sungguh, maka ia hanyalah berangan-angan. Angan-angan adalah barang dagangan milik orang-orang bodoh.

Al-Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, “Meminta surga tanpa berbuat amal termasuk perbuatan dosa.” Dalam sebuah khabar, Allah SWT berfirman, “Sungguh tak punya malu orang yang meminta surga tanpa berbuat amal.”

Rasulullah SAW bersabda, “Orang cerdas ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan, orang bodoh adalah siapa yang menuruti hawa nafsunya dan selalu berangan-angan akan mendapatkan ampunan Allah.”

Begadang mata untuk kepentingan selain Wajah-Mu adalah sia-sia. Dan, tangis mereka untuk sesuatu yang hilang selain-Mu adalah kebatilan dan hiduplah sesukamu karena kau pasti akan mati juga.

Cintailah orang sesukamu sebab kau pasti akan berpisah dengannya, dan berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya kau akan menuai ganjarannya.

Anakku, apa pun yang kau peroleh dari mengkaji ilmu kalam, debat, kedokteran, administrasi, syair, astrologi, arud, nahwu & sharf, jangan sampai kau sia-siakan umur untuk selain Sang Pemilik Keagungan.

--Imam Al-Ghazali dalam Ayyuhal-Walad