..:: Al-Quran:::..

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam... kerana diammu itu adalah salah satu bukti cintamu padanya...kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mahu merosak kesucian dan penjagaan hatinya.

-al-'Asyiq


قُلْ سِيْرُوا فِى الَأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ بَدَأَ الخَلْقَ



" Tanda Kita kasih Kepada al-Qur'an Ialah Dengan Kita Membacanya, Beramal Dengannya, Memahami Tuntutan, Menjunjung Suruhan dan Meninggalkan Larangan-Nya.."

"...Sesungguhnya Allah Tidak Melihat Kepada Jasad dan Tidak Juga Kepada Rupa Paras Kamu, Tetapi Allah Taala Memandang Kepada Hati Kamu.." - Hadis Rasulullah SAW.

::..Baca dan Cintai al-Quran & Buku Demi RedhaNya Supaya Tergolong Dalam Orang-Orang Yang Berfikir..::

`::: HaDis :::


click to create your glitter text

Rasulullah SAW bersabda: " Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberi kemudahan baginya menuju syurga.."

~ Mutiara kata al Hikmah ~

" Allah menurunkan rahmat ilmu melalui lapar dan berpuasa. Sebaliknya kejahilan terjadi akibat perut yang sentiasa kenyang."

Monday, June 30, 2014

AJARAN RIDHA RABI’AH ADAWIYAH

Seorang ulama salaf mengatakan, “Sungguh, apabila Allah telah membuat ketentuan di langit, maka Dia ingin agar penduduk bumi ridha dengan ketentuan-Nya tersebut.” Abu Darda juga menuturkan, “Titik puncak sebuah iman adalah sabar menghadapi apa yang Dia tetapkan dan ridha menerima takdir yang Dia tentukan.”

Sahabat Umar Bin Khattab r.a. mengatakan,”Aku nggak mau pusing dengan keadaanku di waktu pagi dan sore! Aku tak peduli, susah atau bahagia.”

Alkisah. Suatu hari Sofyan As-Tsawri berkata di dekat Rabi’ah Adawiyah, “Ya Allah, berikanlah ridha-Mu kepadaku!” Lalu, tiba-tiba Rabi’ah menegurnya, “Apa engkau tidak malu kepada Allah untuk meminta ridha-Nya, padahal engkau sendiri tidak ridha kepada-Nya.”

Maka, secara spontan, Sofyan As-Tsawri langsung menyebut, “Astagfirullah...” 
Melihat kejadian ini, Ja’far Ibn Sulaiman Ad-Dhibi bertanya kepada Rabi’ah Adawiyah, “Kapan seorang hamba dikatakan ridha kepada-Nya?”

Rabi’ah menjawab, “Ketika kebahagiaannya saat ditimpa musibah sama dengan kebahagiaannya saat diberi nikmat.”

--Dikutip dari Kitab Mahabbah karya Imam Al-Ghazali


JIWA HEWANI DAN JIWA RUHANI

“Orang yang memercayai Al-Quran dan Sunah sudah tidak asing lagi dengan konsep nikmat surga dan siksa neraka yang menanti di akhirat. Namun, ada hal penting yang sering mereka luputkan, yakni bahwa ada surga ruhani dan neraka ruhani. Mengenai surga ruhani, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya, “Tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan takpernah terlintas dalam hati manusia, itulah nikmat yang disiapkan bagi orang yang bertakwa.” 

Betapa berbedanya Jiwa manusia dari jasad dan segenap anggotanya. Setiap anggota tubuh bisa rusak dan berhenti bekerja, tetapi kemandirian jiwa tak terusik. Kemudian, tubuh manusia juga akan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Tubuhnya di waktu bayi jauh berbeda dengan tubuhnya di masa tua. 

Namun, kepribadian manusia tetap sama, dulu maupun sekarang. Jadi, bisa dikatakan bahwa jiwa akan terus ada menyertai sifat-sifat esensialnya yang tak bergantung pada tubuh, seperti pengetahuan dan cinta kepada Allah. Inilah makna ayat Al-Quran, “Segala yang baik akan abadi.” 

Seperti juga pengetahuan, kebodohan pun akan abadi menyertai jiwa. Jadi, jika kau lebih memilih kebodohan ketimbang pengetahuan tentang Allah maka kebodohan itu akan menyertaimu di akhirat dalam wujud kegelapan jiwa dan penderitaan. Keadaan itulah yang dimaksudkan Al-Quran: “Orang yang buta di dunia ini akan buta di akhirat dan tersesat dari jalan yang lurus.” 

Mengapa jiwa manusia cenderung untuk kembali ke dunia yang lebih tinggi? Sebab, ia berasal dari sana dan pada dasarnya ia bersifat malakut. Ia dikirim ke dunia yang lebih rendah ini berlawanan dengan kehendaknya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, “Turunlah dari sini kamu semuanya, akan datang kepadamu perintah-perintah dari-Ku dan siapa yang mentaatinya tidak perlu takut dan tak perlu gelisah.” 

Dan ayat Al-Quran, “Aku tiupkan ke dalam diri manusia ruh-Ku,” juga menunjukkan asal samawi jiwa manusia. Jiwa hewani akan...



KEBAIKAN MENGIKUTI NABI SAW

Bila ingin mendapatkan seluruh kebaikan, berdoalah, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar bisa mengikuti Rasul-Mu, baik dalam ucapan maupun tindakan."

Siapa yang memimpikan hal itu, hendaklah ia tidak menzalimi hamba-hamba Allah, baik berkaitan dengan kehormatan maupun nasab mereka. Dengan demikian, ia dapat bergegas menuju Allah. Jika tidak mengikuti jalan itu, ia akan terhalang seperti orang yang dililit banyak utang dan terus dikejar orang yang menagihnya.

Bayangkan jika kau diperlakukan khusus oleh raja dan berada di dekatnya, tetapi kemudian seseorang datang menagih utang kepadamu-meski jumlahnya sedikit-di hadapan raja. Tentu kedatangannya itu akan membuatmu terpojok dan merasa malu meski utangmu tidak seberapa.

Lalu bagaimana jika pada hari kiamat nanti kau datang sementara ratusan ribu orang menuntutmu lantaran kau mengambil hak-hak mereka? Bisa jadi ada orang yang mengejarmu karena uang mereka kau ambil, kehormatannya kau rusak, dan lain-lain. Bagaimana kira-kira keadaanmu?!

--Ibnu Atha'illah dalam Taj Al-'Arus


Sunday, June 29, 2014

JEJAK CINTA SEORANG HAMBA

Imam Abu Bakar Asy-Syibli menceritakan:
Aku berjumpa dengan seorang perempuan yang berasal dari Habsyah yang tampak linglung tak tentu arah. Dia berlari-lari dan berjalan cepat tak tahu tujuan.
Lalu, kukatakan kepadanya, “Wahai Ibu, kasihanilah dirimu!”
Tiba-tiba dia menjawab, “Huwa (Dia).”
“Darimana engkau sebenarnya?” tanyaku.
“Dari Huwa (Dia).”
“Engkau mau pergi kemana?”
“Pergi ke Dia.”
“Apa yang kau inginkan dari Dia?”
“Dia.”
Akhirnya, aku bertanya, “Berapa kali engkau menyebut Dia?”
“Lidahku tak pernah lelah menyebut Dia (Huwa) sampai aku bertemu dengan Dia,” jawabnya tegas.
Lalu, tiba-tiba dia bersenandung, 
“Kehormatan cintaku kepada-Mu tak tergantikan.
Hanya Engkau yang kutuju; tidak ada yang lainnya.
Aku tergila-gila kepada-Mu, meski mereka menganggapku sakit.
Kujawab bahwa sakit ini tak pernah lenyap dari diriku.”
Kemudian, Imam Abu Bakar Asy-Syibli mengatakan kepada perempuan itu: 
“Wahai hamba Allah, apakah yang engkau maksud dengan Dia (Huwa)? Apakah Allah?
Tiba-tiba, mendengar kata “Allah” disebut oleh Asy-Syibli di depannya, nafasnya langsung tersengal-sengal, lalu ia secara mengejutkan meninggal dunia sejurus setelah itu. 
Imam Abu Bakar Asy-Syibli pun bercerita bahwa ketika dirinya hendak mengurus jenazah wanita tersebut, tiba-tiba dia mendengar suara, “Wahai Asy-Syibli, barang siapa mabuk cinta kepada Kami, linglung mencari Kami, lalu terus berdzikir mengingat Kami, serta meninggal dengan nama Kami, biarkanlah dia kepada Kami! Pengurusan (jenazahnya) menjadi kewajiban Kami!”

Lalu, segera saja Asy-Syibli menoleh ke arah suara itu. “Aku menoleh ke sumber suara itu, tapi aku tak melihat siapa pun. Aku terhijab. Aku pun tak tahu apakah wanita tersebut diangkat atau dikubur. Wanita itu mendadak hilang. Semoga Allah mengampuninya.”

--Dikutip dari kitab Al-Qashd Al-Mujarrad fi Ma’rifat al-Ism Al-Mufrad karya Ibnu Atha’illah



REKAMAN TENTANG CINTA DARI HAKIM AT-TIRMIDZI

Sebagian ahli ibadah telah berhasil meninggalkan hawa nafsunya secara total. Ruh meraka telah terpikat dengan alam malakut. Mereka menikmati keindahan hidup. Melupakan segala kondisi yang terjadi di dunia, baik berupa kesulitan-kelapangan, kemuliaan-kehinaan, kenistaan-kenikmatan, dan panas-dingin kehidupan.
Semua kondisi ini pasti dialami mereka selama di dunia. Tapi, mereka bisa mencegahnya dengan cara tidak menyibukkan diri di dalamnya dan tidak meninggalkan tujuan yang ingin mereka capai.

Hawa nafsu mereka telah terkendali dari merasakan semua kesenangan itu. Bahkan, mereka mau memerangi segala hal demi mengecap kenikamatan dalam taqarrub kepada Allah SWT. Jadi, mereka mampu meredam gejolak hawa nafsu mereka demi menaati Allah.

Pada saat itulah tubuh mereka terasa ditarik ke alam malakut dan ruh mereka dibawa, sedangkan pandangan mereka menatap tajam kepada-Nya. Kalbu mereka menuju Raja Yang Mahatinggi. Kapan pun diseru, mereka akan memenuhi-Nya.
Hal ini bisa terjadi karena dalam diri mereka telah tertanam dan bersemayam rasa cinta kepada Allah SWT. Perasaan ini disebut cinta karena ia bermuara pada kalbu. Dan, kalbu merupakan pangkal segala gerak tubuh.

Hari-hari mereka dipenuhi dengan munajat kepada Allah. Di akhirat kelak, mereka hanya mengharapkan ampunan Allah dan surga-Nya. Di dalam surga, mereka hanya berharap bertemu dan melihat-Nya, serta mendengar firman-Nya dengan limpahan ridha dari-Nya.

Keridhaan Allah merupakan bagian terbesar yang begitu indah. Keridhaan Allah itu sudah cukup sebagai bentuk penghormatan untuk mereka.

Allah SWT berfirman,
“Berbahagialah! Ucapan (penghormatan)dari Tuhan yang Maha Penyayang.” (QS Yasin [36]:58). Saat berbicara, tidak ada penghalang antara mereka dan Allah SWT.
Semoga bermanfaat!

-- Disarikan dari kitab Manazil al-‘Ubbad min al-‘Ibadah, karya Imam Hakim At-Tirmidzi (W. 320 H).


SYAIR KEMATIAN


عَليَـــكَ بِتَـقـــوى الله ان كنـــتَ غــفــــلا يأتيــــك بالـــلأرزاق مـــن حيـث لا تـــــدري
فــكيـــف تـخــاف الفـقــــــر والله رازق فقـــد رزق الطيـــر و الحـــوط فــي البحـــــر
ومـن ظــن ان الـــرزق يأتـــــي بقـــــوة مـــــا أكل العـصفــور شيــئـــا مـــع النســــر
تــزول عــن الدنيــــا فانــك لا تـــــدري اذا جـنّ عليــك اللــيل هل تعيــش الى الفجــر
فكـم من صحيــح مات من غيـــر علــــة فكـــم مـن شقيـــم عــاش حيــنــا مــن الدهـــر
وكـم من فتى أمسـى و أصبــح ضــاحــكا و أكفـانـه في الغــيب تنســـج و هـو لا يــدري
فــمـــــن عــــاش ألــــــفـا او الــفيـــــــن فــلابــد مــــن يــو يســيـــــر الـــى الــقبـــــر

Hendaklah kamu bertakwa kepada allah disaat kamu lalai, 
Dzat yang telah melimpahkan rizki kepadamu dari arah yang tidak kamu ketahui
bagaimana kamu takut miskin padahal Allah maha pemberi rizki ,
sungguh telah dianuerahi rizki burung dan ikan dilautan
dan barang siapa yang menyangka bahwasannya rizki itu didapat dengan kekuatan 
sungguh tidak akan makan burung kecil bersama burung besar 
Kamu tergelincir di dunia sedang kamu tidak menyadarinya 
Jika gelap malam telah menyelimuti apakah kamu mengira bisa hidup sampai pagi 
Berapa banyak orang yang sehat meninggal tanpa sebab 
Berapa banyak orang yang sakit parah bisa hidup bertahun tahun lamanya
Berapa banyak para pemuda sore dn pagi harinya tertawa gembira 
Sedang kain kafannya di tempat lain sedang di rajut dan dia tidak menyadarinya
Maka barang siapa hidup seribu atau dua ribu tahun lamnya
Sungguh suatu hari nanti akan diantar keliang kuburnya


HADIS QUDSI UNTUK PARA SALIK

Rasulullah SAW bersabda : "Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Apabila hamba-Ku senang bertemu dengan Ku, maka Aku senang untuk bertemu dengan-Nya, apabila ia benci bertemu dengan-Ku, maka Aku benci bertemu dengannya. (HR Bukhari).

Pada hadis yang lain, dari Ubaidah bin Ash Shamit ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : "Barang siapa yang senang untuk bertemu dengan Allah, maka Allah senang untuk bertemu dengannya, dan barang siapa yang benci untuk bertemu dengan-Nya (Allah), maka Allah benci untuk bertemu dengannya". Aisyah atau sebagian isteri beliau berkata: "Sesungguhnya kami tidak senang kematian." Beliau bersabda: "Bukan begitu, tetapi seorang Mu'min apabila kedatangan maut (mati) diberi khabar gembira dengan keridhaan dan kemurahan Allah, sehingga tidak ada sesuatu yang lebih disukai dari pada apa yang dihadapinya, maka ia senang bertemu dengan Allah dan Allah senang bertemu dengannya. Dan sesungguhnya orang-orang kafir, apabila kedatangan maut diberi khabar gembira dengan azab dan siksaan Allah, maka tidak ada sesuatu yang lebih dibenci dari pada apa yang dihadapinya. Ia tidak senang bertemu dengan Allah dan Allah tidak senang bertemu dengannya". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

PERMOHONAN AMPUN KEKASIH ALLAH

Ibnu Umar r.a. pernah duduk bersama Rasulullah Saw. dan berkata, "Aku menghitung lebih dari seratus kali Rasulullah Saw. mengucapkan, 'Wahai Rabbku, ampunilah aku dan terimalah tobatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Pengampun," (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Anas bin Malik r.a. menuturkan, "Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda,'Allah Swt. berfirman: 'Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau mau berdoa kepada-Ku dan mengharap rahmat-Ku, maka Aku akan mengampunimu atas segala kesalahanmu dan Aku tak mempedulikannya. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu banyaknya sampai ke awan yang ada di langit, lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu dan Aku juga tak mempedulikannya. Wahai anak Adam, seandainya engkau berjumpa dengan-Ku (meninggal dunia) dengan membawa dosa-dosa sepenuh bumi, sedang engkau saat berjumpa dengan-Ku tidak dalam keadaan menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, maka Aku akan menjumpaimu dengan memberi ampunan sepenuh bumi pula,"

 (HR Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).


RENUNGAN HIKMAH SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

"Orang yang benar (Shiddiq) menghabiskan waktunya dengan memperbanyak amal ibadah dan bersyukur kepada Allah, karena itulah satu-satunya pintu untuk mendekatkan diri (taqarrub). Mereka terus beribadah dan bersyukur kepada Allah, serta patuh atas segala perintah-Nya sebagai rasa syukur terhadap rahmat yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

Wahai anak muda! Tidak ada kejayaan untukmu sehingga kamu mendapatkan rahmat dari Allah, dimana dengan rahmat itu kamu akan tenggelam dalam lautan kesadaran tauhid. Apabila kamu berada di lautan tauhid itu, niscaya kamu tidak akan melihat, selain Allah semata. Bagaimana Allah akan menyayangi orang-orang yang selalu gusar dan tidak ridha dengan takdir-Nya, selalu bertengkar dan berkelahi tentang ketetapan-Nya?

Cinta, rindu dan taqarrub itu tidak akan tercapai selagi orang itu tidak ridha dan tidak senang dengan takdir-Nya.

Jika kita benar-benar mencintai Allah, tentu kita tak akan merasa sakit dan sengsara ketika Dia menakdirkan kesengsaraan dan kedukaan terhadap kita. Apabila cinta dan rindu benar-benar menyelubungi diri kita, segala prasangka, keraguan, dan ketidaksetiaan akan sirna dari jiwa kita."

---Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Sirr Al-Asrar fi ma Yahtaj ilaihi al-Abrar.

Admin : Kupasan yang diambil dari Kitab-kitab muktabar Ulamak (yang bertaqwa semoga Allah merahmati mereka) adalah diambil dari page Tasawuf Underground. Anda bisa klik pada facebook. Tasawuf Underground. Selamat Membaca dan menyelam cinta! 


NASIHAT PEDAS SYEKH ABDUL QADIR TENTANG LUPA

"Kalian benar-benar lupa!
Kalian bertingkah laku seolah-olah tidak akan pernah mati, seolah-olah tidak pernah dikumpulkan pada Hari Kiamat, seolah-olah tidak akan dihisab di hadapan Allah, dan seolah-olah tidak akan melewati jembatan (shirat) di atas neraka. Begitulah kalian! Selami ini, kalian hanya mengaku-ngaku menjadi Muslim dan Mukmin."

--Syekh Abdul Qadir dalam Mawa'izh karya Shalih Ahmad Asy-Syami


KEAJAIBAN ISTIGFAR DARI IMAM HASAN AL-BASHRI

Alkisah. Suatu hari ada orang yang mengadu kepada Imam Hasan Al-Bashri tentang lamanya musim paceklik, maka beliau memberi nasihat, “Beristighfarlah kepada Allah”.

Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan, maka beliau pun memberi solusi cepat menyelesaikan masalah, “Beristighfarlah kepada Allah!” Terakhir, ada seseorang yang meminta agar didoakan punya anak, maka Imam Hasan Al-Bahri menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah!” 

Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ langsung bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?” Maka, Imam Hasan Al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi, sungguh Allah SWT telah berfirman dalam surat Nuh:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً”                                                        
       نوح: 10-12

“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”. 
Rasulullah SAW juga bersabda, yang menyuruh kita memperbanyak istigfar membuka salah satu kunci rezeki. 

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”(HR. Ahmad dari Ibnu Abbas)

---Dipetik dari Tafsir al-Qurthubi

Admin : Aku sukakan sesuatu yang bersifat klasik. Ianya menggambarkan cinta dan keutuhan. Aku, Buku & Cinta...  



MEMAHAMI QADAR ALLAH SEBAGAI UTUSANNYA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Anakku, tidurlah di atas kasur qadar (ketentuan Allah), dengan berbantal kesabaran, menerimanya dengan lapang tanpa menggerutu, tetap mengabdi kepada Allah dengan berharap meraih pembebasan (penyelesaian masalah) dari-Nya. Jika engkau lakukan itu, Allah Al-Muqaddir (yang menetapkan qadar) akan mencurahkan kepadamu sebagian karunia-Nya lebih daripada apa yang engkau minta dan engkau harapkan.

Wahai kaumku, mari kita tunduk dan menerima segala ketetapan dan perbuatan Allah. Kita tundukkan kepala lahir dan batin menerima qadar-Nya. Kita terima qadar-Nya dengan lapang dada, dan membiarkan diri hanya oleh qadar-Nya. Sebab, ketetapan Allah bagaikan utusan kerajaan. Kita harus memperlakukannya dengan baik dan hormat, karena kita memandang pada yanag mengutusnya. 

Jika kita memperlakukan ia seperti itu, maka ia dengan suka cita akan membawa kita kepada yang mengutusnya. Di sanalah letak pertolongan Allah. Di sana telah tersedia minuman dari lautan ilmu Allah, makanan karunia Allah yang amat tinggi, keterdekatan dan keakraban bersama Allah dan limpahan rahmat-Nya.”

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani.

MARI MELIHAT CERMIN DIRI

“Takwa adalah meninggalkan maksiat meskipun tidak ada yang melihat. Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat, ‘Apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke surga?’ Lalu, Rasulullah SAW menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’

Beliau ditanya kembali, ‘Lalu, apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke neraka?’ Rasulullah menjawab, “Dua rongga, yaitu rongga mulut dan kemaluan.’ (HR Ibn Majah dan At-Tirmidzi)

Karena itu, bersihkanlah hatimu dengan menyesali lemahnya ketakwaanmu kepada Allah. Sungguh keliru jika engkau banyak meratapi istri, suami, ayah atau anak, tetapi tak pernah meratapi ketidak-adaan sikap takwa kepada Allah di dirimu.”

--Ibnu Atha’illah dalam Taj Al-‘Arus


MINTA DIGIGIT ULAR

“Jika ada orang yang bergembira karena mendapat dunia, dia betul-betul orang yang dungu. Lebih dungu lagi orang yang sedih ketika kehilangan dunia. Dia itu ibarat orang yang didatangi ular yang berbisa yang siap menggigitnya. Lalu, tiba-tiba ular tersebut lari dan pergi, sebab Allah menyelamatkan dari ular tersebut. Tetapi, dia justru sedih, karena ular itu tak menggigitnya.

Di antara tanda kelalaian dan pendeknya akal yaitu ketika engkau merasa risau dengan sesuatu yang belum pasti, serta khawatir jatuh miskin sebelum kemiskinan itu tiba.

Sementara itu, di sisi lain, engkau tidak pernah merasa risau dengan sesuatu yang pasti terjadi, yakni kematian. Engkau bertanya-tanya, “Bagaimana kondisi harga besok?” Bagaimana keadaan sampai akhir bulan depan?” Bagaimana kita mencari penghasilan setahun ini?” Padahal kasih sayang dan karunia Allah bisa datang dari arah yang tak terduga dan tak engkau ketahui sebelumnya.”


--Ibnu Atha’illah dalam Bahjat An-Nufus


DOA DAN ULURAN TANGAN SANG SUFI

Imam Al-Hasan Al-Bashri menuturkan, “Suatu ketika aku melihat seorang kakek yang beragama Majusi. Tangannya melambai-lambai, meminta tolong. Aku pun segera menghampirinya, ‘Apa engkau baik-baik saja?’ Sambil kulurkan tanganku.

‘Aku merasakan sakit yang sangat. Mungkin, aku tidak kuat lagi. Perjalanan masih jauh, sedang aku tak punya bekal lagi. Tapi, di kuburan sepi dan aku pasti tak punya teman di sana.’

‘Kenapa tidak kau raih tanganku?’

‘Wahai Syeikh! Kamu tidak punya urusan, karena kunci ada di tangan Zat Yang Maha Pembuka dan akal ada di sini,’ sambil menunjuk pada dadanya. Lalu, dia pingsan.

‘Maka aku berdoa, ‘Ya Allah, jika memang kebahagiaan tertulis dalam takdir-Mu. Wujudkanlah itu sekarang juga.’

Setelah aku selesai berdoa, tiba-tiba lelaki itu membuka matanya dan berkata, 
‘Wahai Syeikh! Sesungguhnya Zat Yang Maha Pembuka telah mengirimkan kunci-Nya. Ulurkan tanganmu dan aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.’ Lalu, kakek itu meninggal seketika.’” 

--Ibnu Al-Jauzi, Al-Mawa’izh wa Al-Majalis

Mahu saja aku bersama ‘dia’ di dalam kepayahan yang dia hadapi.. Namun, aku tidak mampu untuk turut sama-sama berjuang bersamanya. Namun, satu perkara yang ‘dia’ mungkin tidak tahu tentang usaha aku untuknya.. aku tidak pernah lupa untuk meminta kepada Allah supaya memudahkan urusannya, membuka kepadanya jalan keluar seluas-luasnya, dan berharap kepada Allah supaya orang-orang sekeliling memahami kehendak hati dan jiwanya.. Aku juga tidak tenteram dengan kepayahan yang dirasakan itu… Allahu.. Keadaan ku jua perit seperti hatinya.. kerana aku melihat dari kejauhan tetapi aku menyelami jua keperitannya itu.. Semoga saja kau tahu wahai insan kesayangan Tuhan!

Friday, June 20, 2014

ALLAH TIDAK PERNAH JAUH




UJIAN BAGI KEKASIH ALLAH

Dalam sebuah riwayat disebutkan, seorang pria datang kepada Nabi dan mengadu:"Wahai Rasulullah, bagaimana jika sekiranya aku, harta kekayaanku telah lenyap dan badanku telah sakit-sakitan."

Rasulullah SAW bersabda, "Hamba Allah tidak akan memperoleh suatu kebaikan, sementara harta kekayaannya tidak lenyap dan badannya tidak pernah sakit, sebab jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya dengan berbagai cobaan. Oleh karena itu, jika Allah mengujimu, maka bersabarlah." (HR At-Tirmidzi)



DOA DARI MALAIKAT JIBRIL

Thabrani meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kali aku dibuat susah oleh suatu urusan, Jibril selalu menampakan diri dihadapanku dan berkata, “Hai Muhammad, ucapkanlah :

تَوَكَّلْتُ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لاَ يَمُوْتُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهُ شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا.

Tawakkaltu ‘alal hayyil ladzii laa yamuutu wal hamdulillaahil ladzii lam yattakhidz waladaw wa lam yakul lahuu syariikun fil mulki wa lam yakul lahuu waliyyum minadz dzulli wa kabbirhu takbiiroo.

“Aku berserah diri kepada Yang Maha hidup yang tidak pernah mati. Segala piji bagi Allah yang tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan Dia bukan si hina yang memerlukan penolong. Dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.”



FIRMAN TUHAN DARI LISAN NABI

“Wahai anak Adam!
Bersabarlah dan bersIkaplah rendah hati, pasti Aku memuliakanmu!
Bersyukurlah pada-Ku, pasti Aku akan tambah untukmu.
Mintalah ampunan kepada-Ku, pasti Aku mengampunimu.
Jika engkau berdoa kepada-Ku, pasti Aku kabulkan.
Bertobatlah kepada-Ku, pasti Aku terima tobatmu.
Mintalah kepada-Ku, pasti Kuberi!
Bersedekahlah, pasti Aku berkahi rezekimu.
Sambunglah tali silaturahim, pasti Aku panjangkan umurmu.
Mintalah kepada-Ku, kesihatan, keselamatan, keikhlasan dalam kehendak, warak kepada-Ku dalam bertobat, dan kekayaan dalam bersikap qanaah.
Wahai Anak Adam!
Bagaimana engkau akan beribadah, padahal engkau masih kekenyangan?!
Bagaimana engkau ingin mencintai Allah, padahal engkau cinta pada dunia?!
Bagaimana engkau bisa cemas kepada Allah, padahal engkau takut miskin?!
Bagaimana engkau bisa bersikap warak, padahal engkau tamak terhadap dunia?!
Bagaimana engkau ingin mendapat ridha Allah tanpa menolong fakir miskin?!
Bagaimana engkau bisa mendapat ridha-Nya padahal engkau bakhil?!
Bagaimana engkau ingin mendapat surga, padahal engkau cinta pada dunia dan suka pada pujian?!
Serta, bagaimana engkau ingin mendapat kebahagiaan, padahal ilmumu sangat sedikit?!”
---Dikutip dari kitab Kimiya As-Sa’adah karya Imam Al-Ghazali.



DOSA DAN PENYESALAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI (1)

Imam Al-Ghazali mengatakan:

“Menghapus dosa maksiat harus dengan menempuh dengan jalan yang berlawanan dengan maksiat. Seperti suatu penyakit yang harus diobati dengan sesuatu yang berlawanan dengan penyakit tersebut.

Setiap kegelapan yang menutupi hati karena perbuatan maksiat, hanya bisa dihapus oleh cahaya yang masuk ke dalamnya akibat amal kebaikan yang berlawanan dengan perbuatan sebelumnya (maksiat). Dan, karena semua yang berlawanan itu terdiri dari unsur-unsur yang bersesuaian, maka hendaknya setiap kejahatan dihapus dengan kebaikan sejenis, yang berlawanan sebelumnya. Misalnya, warna putih dapat dihilangkan dengan warna hitam, panas dapat dihapus dengan dingin. Tetapi, janganlah warna putih itu dihapus dengan panas atau dingin.

Bukti bahwa suatu perbuatan bisa dihapus dengan perbuatan lain yang berlawanan itu dapat kita lihat dari kecintaan manusia pada dunia. Sesungguhnya, cinta pada dunia merupakan pangkal dari segala kesalahan, dan pengaruh yang ditimbulkannya di dalam hati adalah berupa perasaan suka dan rindu kepada dunia.

Dan, setiap gangguan batin yang menyebabkan seorang Muslim berpaling dari dunia itu akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya. Hal tersebut lazim terjadi, rasa resah dan risau itu membuat hatinya berpaling dari dunia, yang jutru merupakan sumber dari keresahan dan kerisauan Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah kejahatan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapus (dosa) kejahatan tersebut.” (HR At-Tirmidzi)

--Imam Al-Ghazali dalam Kitab At-Taubah, Ihya Ulumuddin



BAK BINTANG DI AIR

“Merendah hatilah, maka kau bagai bintang yang tampak di bawah air. Padahal hakikatnya tinggi. Jangan kau seperti asap yang di atas, padahal hakikatnya ia hina.”
Nabi bersabda,"Apabila kalian melihat orang-orang yang merendah hati dari umatku, maka rendahkanlah diri kalian terhadap mereka. Dan apabila kalian melihat orang-orang yang takabur,maka takaburlah kepada mereka, sebab sesungguhnya hal itu kehinaan dan kerendahan bagi mereka."

--Imam Al-Ghazali dalam Muakaasyafatul Qulub



AJARAN MAAF DAN SABAR SANG NABI

Sahabat Anas r.a. menuturkan, “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW. Ketika itu beliau membawa selimut Najran, yang pada pinggirnya tebal. Dan, saat bertemu dengan seorang Badui, tiba-tiba ia menarik selendang beliau itu dengan tarikan yang sangat keras. Aku melihat leher Nabi SAW dan kulihat pada lehernya tampak bekas ujung selimut itu, karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Lalu, orang itu berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu ini!”. Beliau menoleh kepada orang Badui ini dan tertawa. Kemudian, beliau memenuhi permintaan orang Badui tersebut,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Pada hadis yang berbeda, Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya aku mempunyai keluarga yang selalu aku hubungi. Namun, mereka memutuskan silaturahmi denganku. Aku pun selalu berbuat baik kepada mereka. Tapi, mereka berbuat jahat kepadaku, Aku juga selalu berbuat santun kepada mereka. Namun, mereka selalu tidak tahu diri.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Jika keadaanmu memang seperti apa yang engkau ceritakan ini, maka seakan-akan engkau menabur abu panas kepada mereka. Dan, engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, karena ulah mereka, selama engkau tetap melakukan hal demikian.” (HR Muslim)

Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali ‘Imran [3]: 134).
“Dan, sungguh bagi orang yang sabar dan suka memaafkan, (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan,” (QS Asy-Syura [42]: 43).



HATI PERINDU MENYINARI PENGHUNI LANGIT

Dalam sebuh khabar disebutkan bahwa Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud a.s. “Wahai Dawud, berkali-kali engkau mengingat surga, namun tidak pernah meminta kerinduan kepada-Ku,” kata Allah.

“Wahai Tuhanku, siapakah orang-orang yang merindukan-Mu itu?” tanya Dawud a.s.
Allah pun menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang Aku bersihkan dari setiap kotoran dan Aku memperingatkannya supaya berhati-hati. Aku membakar hati mereka dengan cinta-Ku. Mereka terus menerus memandang-Ku. Aku menenteng hati mereka dengan tangan-Ku langsung untuk dibawa ke langit-Ku. Kemudian, Aku mengumpulkan malaikat-malaikat pilihan-Ku. Ketika mereka berkumpul, mereka bersujud kepada-Ku. Lalu, Aku berkata kepada mereka, ‘Aku memanggil kalian bukan untuk bersujud kepada-Ku. Tapi, Aku memanggil kalian untuk diperlihatkan kepada hati orang-orang yang rindu kepada-Ku. Aku membanggakan mereka kepada kalian. Sebab, hati mereka memancarkan sinar di langit-Ku untuk para malaikat-Ku. Persis seperti matahari yang memancarkan sinar bagi penghuni bumi.

Wahai Dawud! Aku menciptakan hati orang-orang yang rindu kepada-Ku dari ridha-Ku. Aku menganugrahinya dengan cahaya wajah-Ku. Aku menjadikan mereka untuk berbicara dengan-Ku. Aku menjadikan badan-badan mereka tempat-Ku memandang bumi. Aku menjadikan dari sebagian hati mereka jalur untuk memandang-Ku. Setiap hari kerinduan mereka bertambah terus.”

----Imam Al-Ghazali dalam Al-Mahabbah



DAHSYATNYA CINTA KEPADA RASULULLAH

Imam Al-Qasthulani mengatakan, "Allah menjadikan pahala bagi orang yang dengan tulus mengikuti Rasulullah SAW berupa kecintaan-Nya kepadanya. Karena, ketulusan mengikuti Nabi SAW dapat menumbuhkan rasa mencintai dan dicintai sekaligus. Dengan begitu, sempurnalah proses cinta. Tidak cukup engkau mencintai Allah. Allah pun harus mencintaimu juga. Dia tidak akan mencintaimu jika kamu tidak mengikuti kekasih-Nya lahir dan batin.

Allah SWT akan mencintaimu jika kamu membenarkannya, mengikuti perintahnya, menjawab seruannya, mendahulukan ketaatan kepadanya, meninggalkan hukum yang lain untuk tunduk pada hukumnya, meninggalkan kecintaan kepada mahluk lainnya dan semata-mata mencintainya. Inilah yang dimaksud dengan ”Ikutilah aku, Allah akan mencintaimu."

Rasulullah SAW, "Ada tiga hal yang bila ada semuanya pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari apa pun selain keduanya; kedua, ia mencintai orang semata-mata karena Allah; dan ketiga, ia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya seperti ia benci untuk dilemparkan ke dalam api Neraka," (HR Bukhari).

Rasulullah SAW mengajarkan pada umatnya yang mencintainya, Allah SWT akan menggabungkan para pecinta itu, baik secara ruhaniyah di dunia dan secara hakiki di akhirat dengan kekasih-Nya. Sebagaimana kisah yang diriwayatkan oleh Sufyan bin Qudamah. Beliau berkata, "Aku hijrah ke Madinah dan aku bertemu Nabi. Aku menyapanya, ‘Ya Rasul Allah, berikan tanganmu, aku mau berbai'at." Beliau pun menjulurkan tangannya kepadaku. Aku bertanya, "Ya Rasul Allah, aku mencintaimu." Beliau pun bersabda, "Manusia akan digabungkan bersama orang yang dicintainya."

Seorang lelaki bertanya kepada Nabi tentang Hari Kiamat. Beliau bertanya, "Apa yang telah kau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab,"Tak ada sama sekali. Tapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda, "Kau bersama orang yang kau cintai."



LAKUKANLAH SEKARANG JUGA!

"Seorang bijak pasti akan melakukan muhasabah setiap pagi, khususnya setelah shalat subuh, lalu berkata pada jiwanya: "Wahai jiwaku, tujuan hidupmu hanya satu. Meskipun satu detik, saat yang telah terlewat takkan bisa dikembalikan. Karena, dalam perbendaharaan Allah, bagian nafasmu sudah ditentukan, tak bisa ditambah atau dikurangi. Ketika kehidupan berakhir, tak ada lagi laku batin yang dapat kau jalani. Maka, apa yang bisa kau lakukan, kerjakanlah sekarang!"

--Demikian Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa'ada 



CATATAN UNTUK SAHABAT

Jika engkau berteman dengan hamba dunia, engkau akan ditarik kepadanya. Sedangkan jika engkau berteman dengan hamba akhirat, maka engkau akan ditarik kepada Allah. Menurut Abu Dzar r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal perbuatan adalah cinta di jalan Allah dan benci di jalan Allah.” (HR Abu Dawud)

Sahabat Nabi bernama Anas r.a. menuturkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Kapan kiamat tiba?” Beliau pun menjawab, “Apa yang sudah engkau persiapkan untuknya?”
“Tidak ada. Kecuali aku mencintai Allah dan rasul-Nya,” jawab orang itu.
Mendengar hal itu, Rasul pun bersabda lagi, “Engkau akan bersama orang yang kau cintai.”
Anas r.a. mengatakan, “Kami tak pernah sebahagia ketika Rasul SAW bersabda,”Engkau bersama orang yang kau cintai.’ Aku sangat mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku pada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bahwa mencintai orang-orang yang shaleh akan sangat bermanfaat di dunia dan akhirat. Bermanfaat di dunia karena memberi teladan yang baik, nasihat yang tulus, serta membantu dalam melaksanakan amal kebaikan serta berakhlak dengan sifat-sifat terpuji.

Adapun ketika di akhirat, kita akan dikumpulkan bersama mereka, digolongkan dalam kelompok mereka, dan mendapat syafaat mereka. Maka, kita harus bisa memilih siapa orang yang layak dijadikan sahabat. Sebagaimana untuk keperluan tubuh, kita memilih makanan yang baik dan tidak berbahaya.

--Dikutip dari Kitab Bahjat An-Nufus karya Ibnu Atha’illah 



TAKDIR MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul-Asrar menegaskan, “Karena itu, seseorang tidak boleh berlindung pada rahasia takdir untuk meninggalkan amal saleh. Seperti alasan, “Kalaupun aku di zaman azali sudah ditakdirkan menderita maka tidaklah ada manfaatnya beramal saleh. Dan, jika aku memang ditakdirkan bahagia maka tidaklah membahayakan bagiku untuk melakukan amal buruk.”

Pengarang kitab Tafsir Al-Bukhari berkata, “Sesungguhnya kebanyakan dari rahasia itu diketahui tapi tidak perlu dibahas seperti rahasia takdir. Seperti Iblis, ketika ia mengelak untuk tidak menghormati Adam, ia berkelit pada hakikat takdir. (Ketika ia ditanya mengapa engkau tidak menghormati Adam. Ia menjawab, “Inikah takdir-Mu Ya Allah?”). Dengan begitu ia kufur dan diusir dari surga. Sebaliknya, Nabi Adam AS selalu menimpakan kesalahan pada dirinya, maka mereka bahagia dan diberi rahmat (tidak mempermasalahkan takdir Allah SWT).

Hal yang wajib bagi semua Muslim adalah jangan berpikir tentang hakikat takdir, agar ia tidak tergoda dan terpeleset menjadi zindik. Justru yang wajib bagi seorang Muslim dan mukmin adalah yakin bahwa Allah SWT adalah Maha Bijaksana. Segala sesuatu yang terjadi dan terlihat oleh manusia di muka bumi ini, seperti kekufuran, kemunafikan, kefasikan, dan sebagainya, adalah perwujudan dari ke-Maha Kuasa-an Allah dan Hikmah-Nya. Dalam hal ini terdapat rahasia luar biasa yang tidak dapat diketahui, kecuali oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hikayat diceritakan bahwa sebagian ahli makrifat bermunajat kepada Allah SWT, “Ya Allah, Engkau telah menakdirkan, Engkau menghendaki dan Engkau telah menciptakan maksiat dalam diriku,” tiba-tiba datanglah suara gaib, “Hai hamba-Ku, semua yang kau sebutkan itu adalah syarat ketuhanan, lalu mana syarat kehambaanmu?” Maka sang ahli makrifat itu menarik kembali ucapannya, “Aku salah, aku telah berdosa dan aku telah berbuat zalim pada diriku.” Maka datanglah jawaban dari suara gaib, “Aku telah mngempuni. Aku telah memaafkan dan Aku telah merahmati.”

Maka yang wajib bagi semua mukmin adalah berpandangan bahwa amal yang baik adalah atas taufik Allah dan amal yang buruk adalah dari dirinya, sehingga ia termasuk ke dalam hamba-hamba Allah yang disinggung dalam Al-Qur’an,

“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah.” (QS. Ali ‘Imrân [3]: 135)
Jika seorang hamba menganggap bahwa perbuatan maksiat berasal dari dirinya, maka ia termasuk orang yang beruntung dan selamat. Ketimbang menganggap bahwa dosa adalah dari Allah SWT, meskipun secara hakiki memang Allah SWT penciptanya.”

--Kitab Sirrul-Asrar wa Mazh-harul-Anwar; Rasaning Rasa karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terjemah KH Zezen ZA Bazul Ashab, Salima dan Pustaka Zainiyyah, Juni 2013



PESAN SYEKH ABDUL QADIR UNTUK ANAK MUDA

Wahai anak muda! Engkau harus berjuang dengan sepenuh kemampuanmu untuk menaati Allah dan Rasul-Nya. Engkau harus melakukan setiap upaya untuk memberi kepada orang-orang yang tidak mau memberi kepadamu, menyambungkan tali silaturahim dengan orang-orang yang memutuskannya denganmu, dan memaafkan mereka yang menzalimimu.

Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap usaha agar berhasil, sedangkan matamu tetap berada bersama dengan hamba-hamba Allah yang taat, sedangkan kalbumu bersama Allah dan hamba-hamba itu.

Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan bahwa engkau selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah berdusta.
Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan bahwa engkau selalu tulus ikhlas dan tidak bersikap munafik!

Luqman Al-Hakim (semoga Allah merahmatinya) sering kali berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, janganlah engkau menyombongkan diri kepada manusia. Celakalah engkau jika engkau kelak bertemu dengan Allah SWT, sedangkan kalbumu tidak berharga!"

Wahai anak muda! Janganlah engkau menjadi orang yang bermuka dua, berlidah dua dengan dua macam prilaku, yang satu untuk berhubungan dengan si fulan dan yang lain untuk berhubungan dengan orang yang lain. Aku bisa memastikan kepadamu bahwa aku telah diberi wewenang untuk berurusan dengan setiap munafik yang berdusta dan Dajjal. Aku telah diberi wewenang untuk berurusan dengan setiap orang yang bersalah karena tidak taat kepada Allah, yang terpenting di antaranya adalah Iblis dan yang paling remeh adalah pendosa yang biasa (fasiq). Aku memerangimu dan memerangi setiap orang yang sesaat, yang menyesatkan orang lain!

--Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Jala al-Khawathir 



KUSAPA ENGKAU DENGAN DOA

"Ya Allah, anugerahilah kami rasa takut kepada-Mu yang menjadi penghalang antara kami dan maksiat-maksiat kami, dan anugerahilah kami ketaatan kepada-Mu yang dapat mengantarkan kami kepada surga-Mu, dan anugerahilah kami keyakinan yang dapat meringankan berbagai musibah dunia. Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada kami, melalui pendengaran kami, penglihatan kami, kekuatan kami, selama Engkau menghidupkan kami. Dan jadikanlah kebahagiaan itu selamanya bersama kami. Jadikanlah rasa marah kami untuk melawan orang-orang yang menzhalimi kami dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami. Jangan Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan tertinggi kami dan puncak pengetahuan kami dan janganlah Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami menjadi pemimpin kami.” (HR al-Tirmidzi).

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا .

`allâhummaqsim lanâ min khasyyatika mâ tahûlu bihî bainanâ wabaina ma'âshîka, wamin thâ'atika mâ tuballighunâ bihî jannataka, waminal yaqîni mâ tuhawwinu bihî 'alainâ mashâ`ibad-dunyâ, `allâhumma matti'nâ bi`asmâ'inâ, wa`abshârinâ, waquwwatinâ mâ `ahyaitanâ, waj'alhul wâritsa minnâ, waj'al tsa`ranâ 'alâ man zhalamanâ, wanshurnâ 'alâ man 'âdânâ, walâ taj'al mushîbatanâ fî dîninâ, walâ taj'alid-dunyâ ``akbara hamminâ, walâ mablagha 'ilminâ, walâ tusallith 'alainâ man lâ yarhamunâ

Diambil dari page Tasawuf Underground
https://www.facebook.com/tasawufunderground?hc_location=timeline