..:: Al-Quran:::..

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam... kerana diammu itu adalah salah satu bukti cintamu padanya...kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mahu merosak kesucian dan penjagaan hatinya.

-al-'Asyiq


قُلْ سِيْرُوا فِى الَأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ بَدَأَ الخَلْقَ



" Tanda Kita kasih Kepada al-Qur'an Ialah Dengan Kita Membacanya, Beramal Dengannya, Memahami Tuntutan, Menjunjung Suruhan dan Meninggalkan Larangan-Nya.."

"...Sesungguhnya Allah Tidak Melihat Kepada Jasad dan Tidak Juga Kepada Rupa Paras Kamu, Tetapi Allah Taala Memandang Kepada Hati Kamu.." - Hadis Rasulullah SAW.

::..Baca dan Cintai al-Quran & Buku Demi RedhaNya Supaya Tergolong Dalam Orang-Orang Yang Berfikir..::

`::: HaDis :::


click to create your glitter text

Rasulullah SAW bersabda: " Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberi kemudahan baginya menuju syurga.."

~ Mutiara kata al Hikmah ~

" Allah menurunkan rahmat ilmu melalui lapar dan berpuasa. Sebaliknya kejahilan terjadi akibat perut yang sentiasa kenyang."

Friday, June 20, 2014

ALLAH TIDAK PERNAH JAUH




UJIAN BAGI KEKASIH ALLAH

Dalam sebuah riwayat disebutkan, seorang pria datang kepada Nabi dan mengadu:"Wahai Rasulullah, bagaimana jika sekiranya aku, harta kekayaanku telah lenyap dan badanku telah sakit-sakitan."

Rasulullah SAW bersabda, "Hamba Allah tidak akan memperoleh suatu kebaikan, sementara harta kekayaannya tidak lenyap dan badannya tidak pernah sakit, sebab jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya dengan berbagai cobaan. Oleh karena itu, jika Allah mengujimu, maka bersabarlah." (HR At-Tirmidzi)



DOA DARI MALAIKAT JIBRIL

Thabrani meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kali aku dibuat susah oleh suatu urusan, Jibril selalu menampakan diri dihadapanku dan berkata, “Hai Muhammad, ucapkanlah :

تَوَكَّلْتُ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لاَ يَمُوْتُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهُ شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا.

Tawakkaltu ‘alal hayyil ladzii laa yamuutu wal hamdulillaahil ladzii lam yattakhidz waladaw wa lam yakul lahuu syariikun fil mulki wa lam yakul lahuu waliyyum minadz dzulli wa kabbirhu takbiiroo.

“Aku berserah diri kepada Yang Maha hidup yang tidak pernah mati. Segala piji bagi Allah yang tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan Dia bukan si hina yang memerlukan penolong. Dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.”



FIRMAN TUHAN DARI LISAN NABI

“Wahai anak Adam!
Bersabarlah dan bersIkaplah rendah hati, pasti Aku memuliakanmu!
Bersyukurlah pada-Ku, pasti Aku akan tambah untukmu.
Mintalah ampunan kepada-Ku, pasti Aku mengampunimu.
Jika engkau berdoa kepada-Ku, pasti Aku kabulkan.
Bertobatlah kepada-Ku, pasti Aku terima tobatmu.
Mintalah kepada-Ku, pasti Kuberi!
Bersedekahlah, pasti Aku berkahi rezekimu.
Sambunglah tali silaturahim, pasti Aku panjangkan umurmu.
Mintalah kepada-Ku, kesihatan, keselamatan, keikhlasan dalam kehendak, warak kepada-Ku dalam bertobat, dan kekayaan dalam bersikap qanaah.
Wahai Anak Adam!
Bagaimana engkau akan beribadah, padahal engkau masih kekenyangan?!
Bagaimana engkau ingin mencintai Allah, padahal engkau cinta pada dunia?!
Bagaimana engkau bisa cemas kepada Allah, padahal engkau takut miskin?!
Bagaimana engkau bisa bersikap warak, padahal engkau tamak terhadap dunia?!
Bagaimana engkau ingin mendapat ridha Allah tanpa menolong fakir miskin?!
Bagaimana engkau bisa mendapat ridha-Nya padahal engkau bakhil?!
Bagaimana engkau ingin mendapat surga, padahal engkau cinta pada dunia dan suka pada pujian?!
Serta, bagaimana engkau ingin mendapat kebahagiaan, padahal ilmumu sangat sedikit?!”
---Dikutip dari kitab Kimiya As-Sa’adah karya Imam Al-Ghazali.



DOSA DAN PENYESALAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI (1)

Imam Al-Ghazali mengatakan:

“Menghapus dosa maksiat harus dengan menempuh dengan jalan yang berlawanan dengan maksiat. Seperti suatu penyakit yang harus diobati dengan sesuatu yang berlawanan dengan penyakit tersebut.

Setiap kegelapan yang menutupi hati karena perbuatan maksiat, hanya bisa dihapus oleh cahaya yang masuk ke dalamnya akibat amal kebaikan yang berlawanan dengan perbuatan sebelumnya (maksiat). Dan, karena semua yang berlawanan itu terdiri dari unsur-unsur yang bersesuaian, maka hendaknya setiap kejahatan dihapus dengan kebaikan sejenis, yang berlawanan sebelumnya. Misalnya, warna putih dapat dihilangkan dengan warna hitam, panas dapat dihapus dengan dingin. Tetapi, janganlah warna putih itu dihapus dengan panas atau dingin.

Bukti bahwa suatu perbuatan bisa dihapus dengan perbuatan lain yang berlawanan itu dapat kita lihat dari kecintaan manusia pada dunia. Sesungguhnya, cinta pada dunia merupakan pangkal dari segala kesalahan, dan pengaruh yang ditimbulkannya di dalam hati adalah berupa perasaan suka dan rindu kepada dunia.

Dan, setiap gangguan batin yang menyebabkan seorang Muslim berpaling dari dunia itu akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya. Hal tersebut lazim terjadi, rasa resah dan risau itu membuat hatinya berpaling dari dunia, yang jutru merupakan sumber dari keresahan dan kerisauan Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah kejahatan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapus (dosa) kejahatan tersebut.” (HR At-Tirmidzi)

--Imam Al-Ghazali dalam Kitab At-Taubah, Ihya Ulumuddin



BAK BINTANG DI AIR

“Merendah hatilah, maka kau bagai bintang yang tampak di bawah air. Padahal hakikatnya tinggi. Jangan kau seperti asap yang di atas, padahal hakikatnya ia hina.”
Nabi bersabda,"Apabila kalian melihat orang-orang yang merendah hati dari umatku, maka rendahkanlah diri kalian terhadap mereka. Dan apabila kalian melihat orang-orang yang takabur,maka takaburlah kepada mereka, sebab sesungguhnya hal itu kehinaan dan kerendahan bagi mereka."

--Imam Al-Ghazali dalam Muakaasyafatul Qulub



AJARAN MAAF DAN SABAR SANG NABI

Sahabat Anas r.a. menuturkan, “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW. Ketika itu beliau membawa selimut Najran, yang pada pinggirnya tebal. Dan, saat bertemu dengan seorang Badui, tiba-tiba ia menarik selendang beliau itu dengan tarikan yang sangat keras. Aku melihat leher Nabi SAW dan kulihat pada lehernya tampak bekas ujung selimut itu, karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Lalu, orang itu berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu ini!”. Beliau menoleh kepada orang Badui ini dan tertawa. Kemudian, beliau memenuhi permintaan orang Badui tersebut,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Pada hadis yang berbeda, Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya aku mempunyai keluarga yang selalu aku hubungi. Namun, mereka memutuskan silaturahmi denganku. Aku pun selalu berbuat baik kepada mereka. Tapi, mereka berbuat jahat kepadaku, Aku juga selalu berbuat santun kepada mereka. Namun, mereka selalu tidak tahu diri.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Jika keadaanmu memang seperti apa yang engkau ceritakan ini, maka seakan-akan engkau menabur abu panas kepada mereka. Dan, engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, karena ulah mereka, selama engkau tetap melakukan hal demikian.” (HR Muslim)

Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali ‘Imran [3]: 134).
“Dan, sungguh bagi orang yang sabar dan suka memaafkan, (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan,” (QS Asy-Syura [42]: 43).



HATI PERINDU MENYINARI PENGHUNI LANGIT

Dalam sebuh khabar disebutkan bahwa Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud a.s. “Wahai Dawud, berkali-kali engkau mengingat surga, namun tidak pernah meminta kerinduan kepada-Ku,” kata Allah.

“Wahai Tuhanku, siapakah orang-orang yang merindukan-Mu itu?” tanya Dawud a.s.
Allah pun menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang Aku bersihkan dari setiap kotoran dan Aku memperingatkannya supaya berhati-hati. Aku membakar hati mereka dengan cinta-Ku. Mereka terus menerus memandang-Ku. Aku menenteng hati mereka dengan tangan-Ku langsung untuk dibawa ke langit-Ku. Kemudian, Aku mengumpulkan malaikat-malaikat pilihan-Ku. Ketika mereka berkumpul, mereka bersujud kepada-Ku. Lalu, Aku berkata kepada mereka, ‘Aku memanggil kalian bukan untuk bersujud kepada-Ku. Tapi, Aku memanggil kalian untuk diperlihatkan kepada hati orang-orang yang rindu kepada-Ku. Aku membanggakan mereka kepada kalian. Sebab, hati mereka memancarkan sinar di langit-Ku untuk para malaikat-Ku. Persis seperti matahari yang memancarkan sinar bagi penghuni bumi.

Wahai Dawud! Aku menciptakan hati orang-orang yang rindu kepada-Ku dari ridha-Ku. Aku menganugrahinya dengan cahaya wajah-Ku. Aku menjadikan mereka untuk berbicara dengan-Ku. Aku menjadikan badan-badan mereka tempat-Ku memandang bumi. Aku menjadikan dari sebagian hati mereka jalur untuk memandang-Ku. Setiap hari kerinduan mereka bertambah terus.”

----Imam Al-Ghazali dalam Al-Mahabbah



DAHSYATNYA CINTA KEPADA RASULULLAH

Imam Al-Qasthulani mengatakan, "Allah menjadikan pahala bagi orang yang dengan tulus mengikuti Rasulullah SAW berupa kecintaan-Nya kepadanya. Karena, ketulusan mengikuti Nabi SAW dapat menumbuhkan rasa mencintai dan dicintai sekaligus. Dengan begitu, sempurnalah proses cinta. Tidak cukup engkau mencintai Allah. Allah pun harus mencintaimu juga. Dia tidak akan mencintaimu jika kamu tidak mengikuti kekasih-Nya lahir dan batin.

Allah SWT akan mencintaimu jika kamu membenarkannya, mengikuti perintahnya, menjawab seruannya, mendahulukan ketaatan kepadanya, meninggalkan hukum yang lain untuk tunduk pada hukumnya, meninggalkan kecintaan kepada mahluk lainnya dan semata-mata mencintainya. Inilah yang dimaksud dengan ”Ikutilah aku, Allah akan mencintaimu."

Rasulullah SAW, "Ada tiga hal yang bila ada semuanya pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari apa pun selain keduanya; kedua, ia mencintai orang semata-mata karena Allah; dan ketiga, ia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya seperti ia benci untuk dilemparkan ke dalam api Neraka," (HR Bukhari).

Rasulullah SAW mengajarkan pada umatnya yang mencintainya, Allah SWT akan menggabungkan para pecinta itu, baik secara ruhaniyah di dunia dan secara hakiki di akhirat dengan kekasih-Nya. Sebagaimana kisah yang diriwayatkan oleh Sufyan bin Qudamah. Beliau berkata, "Aku hijrah ke Madinah dan aku bertemu Nabi. Aku menyapanya, ‘Ya Rasul Allah, berikan tanganmu, aku mau berbai'at." Beliau pun menjulurkan tangannya kepadaku. Aku bertanya, "Ya Rasul Allah, aku mencintaimu." Beliau pun bersabda, "Manusia akan digabungkan bersama orang yang dicintainya."

Seorang lelaki bertanya kepada Nabi tentang Hari Kiamat. Beliau bertanya, "Apa yang telah kau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab,"Tak ada sama sekali. Tapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda, "Kau bersama orang yang kau cintai."



LAKUKANLAH SEKARANG JUGA!

"Seorang bijak pasti akan melakukan muhasabah setiap pagi, khususnya setelah shalat subuh, lalu berkata pada jiwanya: "Wahai jiwaku, tujuan hidupmu hanya satu. Meskipun satu detik, saat yang telah terlewat takkan bisa dikembalikan. Karena, dalam perbendaharaan Allah, bagian nafasmu sudah ditentukan, tak bisa ditambah atau dikurangi. Ketika kehidupan berakhir, tak ada lagi laku batin yang dapat kau jalani. Maka, apa yang bisa kau lakukan, kerjakanlah sekarang!"

--Demikian Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa'ada 



CATATAN UNTUK SAHABAT

Jika engkau berteman dengan hamba dunia, engkau akan ditarik kepadanya. Sedangkan jika engkau berteman dengan hamba akhirat, maka engkau akan ditarik kepada Allah. Menurut Abu Dzar r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal perbuatan adalah cinta di jalan Allah dan benci di jalan Allah.” (HR Abu Dawud)

Sahabat Nabi bernama Anas r.a. menuturkan bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Kapan kiamat tiba?” Beliau pun menjawab, “Apa yang sudah engkau persiapkan untuknya?”
“Tidak ada. Kecuali aku mencintai Allah dan rasul-Nya,” jawab orang itu.
Mendengar hal itu, Rasul pun bersabda lagi, “Engkau akan bersama orang yang kau cintai.”
Anas r.a. mengatakan, “Kami tak pernah sebahagia ketika Rasul SAW bersabda,”Engkau bersama orang yang kau cintai.’ Aku sangat mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku pada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bahwa mencintai orang-orang yang shaleh akan sangat bermanfaat di dunia dan akhirat. Bermanfaat di dunia karena memberi teladan yang baik, nasihat yang tulus, serta membantu dalam melaksanakan amal kebaikan serta berakhlak dengan sifat-sifat terpuji.

Adapun ketika di akhirat, kita akan dikumpulkan bersama mereka, digolongkan dalam kelompok mereka, dan mendapat syafaat mereka. Maka, kita harus bisa memilih siapa orang yang layak dijadikan sahabat. Sebagaimana untuk keperluan tubuh, kita memilih makanan yang baik dan tidak berbahaya.

--Dikutip dari Kitab Bahjat An-Nufus karya Ibnu Atha’illah 



TAKDIR MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul-Asrar menegaskan, “Karena itu, seseorang tidak boleh berlindung pada rahasia takdir untuk meninggalkan amal saleh. Seperti alasan, “Kalaupun aku di zaman azali sudah ditakdirkan menderita maka tidaklah ada manfaatnya beramal saleh. Dan, jika aku memang ditakdirkan bahagia maka tidaklah membahayakan bagiku untuk melakukan amal buruk.”

Pengarang kitab Tafsir Al-Bukhari berkata, “Sesungguhnya kebanyakan dari rahasia itu diketahui tapi tidak perlu dibahas seperti rahasia takdir. Seperti Iblis, ketika ia mengelak untuk tidak menghormati Adam, ia berkelit pada hakikat takdir. (Ketika ia ditanya mengapa engkau tidak menghormati Adam. Ia menjawab, “Inikah takdir-Mu Ya Allah?”). Dengan begitu ia kufur dan diusir dari surga. Sebaliknya, Nabi Adam AS selalu menimpakan kesalahan pada dirinya, maka mereka bahagia dan diberi rahmat (tidak mempermasalahkan takdir Allah SWT).

Hal yang wajib bagi semua Muslim adalah jangan berpikir tentang hakikat takdir, agar ia tidak tergoda dan terpeleset menjadi zindik. Justru yang wajib bagi seorang Muslim dan mukmin adalah yakin bahwa Allah SWT adalah Maha Bijaksana. Segala sesuatu yang terjadi dan terlihat oleh manusia di muka bumi ini, seperti kekufuran, kemunafikan, kefasikan, dan sebagainya, adalah perwujudan dari ke-Maha Kuasa-an Allah dan Hikmah-Nya. Dalam hal ini terdapat rahasia luar biasa yang tidak dapat diketahui, kecuali oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hikayat diceritakan bahwa sebagian ahli makrifat bermunajat kepada Allah SWT, “Ya Allah, Engkau telah menakdirkan, Engkau menghendaki dan Engkau telah menciptakan maksiat dalam diriku,” tiba-tiba datanglah suara gaib, “Hai hamba-Ku, semua yang kau sebutkan itu adalah syarat ketuhanan, lalu mana syarat kehambaanmu?” Maka sang ahli makrifat itu menarik kembali ucapannya, “Aku salah, aku telah berdosa dan aku telah berbuat zalim pada diriku.” Maka datanglah jawaban dari suara gaib, “Aku telah mngempuni. Aku telah memaafkan dan Aku telah merahmati.”

Maka yang wajib bagi semua mukmin adalah berpandangan bahwa amal yang baik adalah atas taufik Allah dan amal yang buruk adalah dari dirinya, sehingga ia termasuk ke dalam hamba-hamba Allah yang disinggung dalam Al-Qur’an,

“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah.” (QS. Ali ‘Imrân [3]: 135)
Jika seorang hamba menganggap bahwa perbuatan maksiat berasal dari dirinya, maka ia termasuk orang yang beruntung dan selamat. Ketimbang menganggap bahwa dosa adalah dari Allah SWT, meskipun secara hakiki memang Allah SWT penciptanya.”

--Kitab Sirrul-Asrar wa Mazh-harul-Anwar; Rasaning Rasa karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, terjemah KH Zezen ZA Bazul Ashab, Salima dan Pustaka Zainiyyah, Juni 2013



PESAN SYEKH ABDUL QADIR UNTUK ANAK MUDA

Wahai anak muda! Engkau harus berjuang dengan sepenuh kemampuanmu untuk menaati Allah dan Rasul-Nya. Engkau harus melakukan setiap upaya untuk memberi kepada orang-orang yang tidak mau memberi kepadamu, menyambungkan tali silaturahim dengan orang-orang yang memutuskannya denganmu, dan memaafkan mereka yang menzalimimu.

Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap usaha agar berhasil, sedangkan matamu tetap berada bersama dengan hamba-hamba Allah yang taat, sedangkan kalbumu bersama Allah dan hamba-hamba itu.

Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan bahwa engkau selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah berdusta.
Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan bahwa engkau selalu tulus ikhlas dan tidak bersikap munafik!

Luqman Al-Hakim (semoga Allah merahmatinya) sering kali berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, janganlah engkau menyombongkan diri kepada manusia. Celakalah engkau jika engkau kelak bertemu dengan Allah SWT, sedangkan kalbumu tidak berharga!"

Wahai anak muda! Janganlah engkau menjadi orang yang bermuka dua, berlidah dua dengan dua macam prilaku, yang satu untuk berhubungan dengan si fulan dan yang lain untuk berhubungan dengan orang yang lain. Aku bisa memastikan kepadamu bahwa aku telah diberi wewenang untuk berurusan dengan setiap munafik yang berdusta dan Dajjal. Aku telah diberi wewenang untuk berurusan dengan setiap orang yang bersalah karena tidak taat kepada Allah, yang terpenting di antaranya adalah Iblis dan yang paling remeh adalah pendosa yang biasa (fasiq). Aku memerangimu dan memerangi setiap orang yang sesaat, yang menyesatkan orang lain!

--Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Jala al-Khawathir 



KUSAPA ENGKAU DENGAN DOA

"Ya Allah, anugerahilah kami rasa takut kepada-Mu yang menjadi penghalang antara kami dan maksiat-maksiat kami, dan anugerahilah kami ketaatan kepada-Mu yang dapat mengantarkan kami kepada surga-Mu, dan anugerahilah kami keyakinan yang dapat meringankan berbagai musibah dunia. Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada kami, melalui pendengaran kami, penglihatan kami, kekuatan kami, selama Engkau menghidupkan kami. Dan jadikanlah kebahagiaan itu selamanya bersama kami. Jadikanlah rasa marah kami untuk melawan orang-orang yang menzhalimi kami dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami. Jangan Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan tertinggi kami dan puncak pengetahuan kami dan janganlah Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami menjadi pemimpin kami.” (HR al-Tirmidzi).

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا .

`allâhummaqsim lanâ min khasyyatika mâ tahûlu bihî bainanâ wabaina ma'âshîka, wamin thâ'atika mâ tuballighunâ bihî jannataka, waminal yaqîni mâ tuhawwinu bihî 'alainâ mashâ`ibad-dunyâ, `allâhumma matti'nâ bi`asmâ'inâ, wa`abshârinâ, waquwwatinâ mâ `ahyaitanâ, waj'alhul wâritsa minnâ, waj'al tsa`ranâ 'alâ man zhalamanâ, wanshurnâ 'alâ man 'âdânâ, walâ taj'al mushîbatanâ fî dîninâ, walâ taj'alid-dunyâ ``akbara hamminâ, walâ mablagha 'ilminâ, walâ tusallith 'alainâ man lâ yarhamunâ

Diambil dari page Tasawuf Underground
https://www.facebook.com/tasawufunderground?hc_location=timeline
 

No comments: