Dalam sebuah riwayat disebutkan, seorang pria datang kepada Nabi dan mengadu:"Wahai Rasulullah, bagaimana jika sekiranya aku, harta kekayaanku telah lenyap dan badanku telah sakit-sakitan."
Rasulullah SAW bersabda, "Hamba Allah tidak akan memperoleh suatu kebaikan, sementara harta kekayaannya tidak lenyap dan badannya tidak pernah sakit, sebab jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya dengan berbagai cobaan. Oleh karena itu, jika Allah mengujimu, maka bersabarlah." (HR At-Tirmidzi)
DOA
DARI MALAIKAT JIBRIL
Thabrani meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kali aku dibuat susah oleh suatu urusan, Jibril selalu menampakan diri dihadapanku dan berkata, “Hai Muhammad, ucapkanlah :
تَوَكَّلْتُ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لاَ يَمُوْتُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهُ شَرِيْكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا.
Tawakkaltu ‘alal hayyil ladzii laa
yamuutu wal hamdulillaahil ladzii lam yattakhidz waladaw wa lam yakul lahuu
syariikun fil mulki wa lam yakul lahuu waliyyum minadz dzulli wa kabbirhu
takbiiroo.
“Aku berserah diri kepada Yang Maha hidup yang tidak pernah mati. Segala piji bagi Allah yang tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan Dia bukan si hina yang memerlukan penolong. Dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.”
FIRMAN TUHAN DARI LISAN NABI
“Wahai anak Adam!
Bersabarlah dan bersIkaplah rendah hati, pasti Aku memuliakanmu!
Bersyukurlah pada-Ku, pasti Aku akan tambah untukmu.
Mintalah ampunan kepada-Ku, pasti Aku mengampunimu.
Jika engkau berdoa kepada-Ku, pasti Aku kabulkan.
Bertobatlah kepada-Ku, pasti Aku terima tobatmu.
Mintalah kepada-Ku, pasti Kuberi!
Bersedekahlah, pasti Aku berkahi rezekimu.
Sambunglah tali silaturahim, pasti Aku panjangkan umurmu.
Mintalah kepada-Ku, kesihatan, keselamatan, keikhlasan dalam kehendak, warak kepada-Ku dalam bertobat, dan kekayaan dalam bersikap qanaah.
Wahai Anak Adam!
Bagaimana engkau akan beribadah, padahal engkau masih kekenyangan?!
Bagaimana engkau ingin mencintai Allah, padahal engkau cinta pada dunia?!
Bagaimana engkau bisa cemas kepada Allah, padahal engkau takut miskin?!
Bagaimana engkau bisa bersikap warak, padahal engkau tamak terhadap dunia?!
Bagaimana engkau ingin mendapat ridha Allah tanpa menolong fakir miskin?!
Bagaimana engkau bisa mendapat ridha-Nya padahal engkau bakhil?!
Bagaimana engkau ingin mendapat surga, padahal engkau cinta pada dunia dan suka pada pujian?!
Serta, bagaimana engkau ingin mendapat kebahagiaan, padahal ilmumu sangat sedikit?!”
---Dikutip dari kitab Kimiya As-Sa’adah karya Imam Al-Ghazali.
DOSA
DAN PENYESALAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI (1)
Imam Al-Ghazali mengatakan:
“Menghapus dosa maksiat harus dengan
menempuh dengan jalan yang berlawanan dengan maksiat. Seperti suatu penyakit
yang harus diobati dengan sesuatu yang berlawanan dengan penyakit tersebut.
Setiap kegelapan yang menutupi hati
karena perbuatan maksiat, hanya bisa dihapus oleh cahaya yang masuk ke dalamnya
akibat amal kebaikan yang berlawanan dengan perbuatan
sebelumnya (maksiat). Dan, karena semua yang berlawanan itu terdiri dari
unsur-unsur yang bersesuaian, maka hendaknya setiap kejahatan dihapus dengan
kebaikan sejenis, yang berlawanan sebelumnya. Misalnya, warna putih dapat
dihilangkan dengan warna hitam, panas dapat dihapus dengan dingin. Tetapi,
janganlah warna putih itu dihapus dengan panas atau dingin.
Bukti bahwa suatu perbuatan bisa dihapus
dengan perbuatan lain yang berlawanan itu dapat kita lihat dari kecintaan
manusia pada dunia. Sesungguhnya, cinta pada dunia merupakan pangkal dari
segala kesalahan, dan pengaruh yang ditimbulkannya di dalam hati adalah berupa
perasaan suka dan rindu kepada dunia.
Dan, setiap gangguan batin yang
menyebabkan seorang Muslim berpaling dari dunia itu akan menjadi penghapus bagi
dosa-dosanya. Hal tersebut lazim terjadi, rasa resah dan risau itu membuat
hatinya berpaling dari dunia, yang jutru merupakan sumber dari keresahan dan
kerisauan Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah
dimanapun engkau berada, dan iringilah kejahatan dengan kebaikan, niscaya ia
akan menghapus (dosa) kejahatan tersebut.” (HR At-Tirmidzi)
--Imam Al-Ghazali dalam Kitab At-Taubah, Ihya Ulumuddin
BAK
BINTANG DI AIR
“Merendah hatilah, maka kau bagai bintang yang tampak di bawah air. Padahal hakikatnya tinggi. Jangan kau seperti asap yang di atas, padahal hakikatnya ia hina.”
Nabi bersabda,"Apabila kalian melihat orang-orang yang merendah hati dari umatku, maka rendahkanlah diri kalian terhadap mereka. Dan apabila kalian melihat orang-orang yang takabur,maka takaburlah kepada mereka, sebab sesungguhnya hal itu kehinaan dan kerendahan bagi mereka."
--Imam Al-Ghazali dalam Muakaasyafatul Qulub
AJARAN
MAAF DAN SABAR SANG NABI
Sahabat Anas r.a. menuturkan, “Aku pernah berjalan bersama Rasulullah SAW. Ketika itu beliau membawa selimut Najran, yang pada pinggirnya tebal. Dan, saat bertemu dengan seorang Badui, tiba-tiba ia menarik selendang beliau itu dengan tarikan yang sangat keras. Aku melihat leher Nabi SAW dan kulihat pada lehernya tampak bekas ujung selimut itu, karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Lalu, orang itu berkata, “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku harta Allah yang ada padamu ini!”. Beliau menoleh kepada orang Badui ini dan tertawa. Kemudian, beliau memenuhi permintaan orang Badui tersebut,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Pada hadis yang berbeda, Abu Hurairah r.a. menuturkan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah, “Sesungguhnya aku mempunyai keluarga yang selalu aku hubungi. Namun, mereka memutuskan silaturahmi denganku. Aku pun selalu berbuat baik kepada mereka. Tapi, mereka berbuat jahat kepadaku, Aku juga selalu berbuat santun kepada mereka. Namun, mereka selalu tidak tahu diri.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Jika keadaanmu memang seperti apa yang engkau ceritakan ini, maka seakan-akan engkau menabur abu panas kepada mereka. Dan, engkau akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, karena ulah mereka, selama engkau tetap melakukan hal demikian.” (HR Muslim)
Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali ‘Imran [3]: 134).
“Dan, sungguh bagi orang yang sabar dan
suka memaafkan, (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diutamakan,” (QS Asy-Syura [42]: 43).
HATI
PERINDU MENYINARI PENGHUNI LANGIT
Dalam sebuh khabar disebutkan bahwa Allah memberikan wahyu kepada Nabi Dawud a.s. “Wahai Dawud, berkali-kali engkau mengingat surga, namun tidak pernah meminta kerinduan kepada-Ku,” kata Allah.
“Wahai
Tuhanku, siapakah orang-orang yang merindukan-Mu itu?” tanya Dawud a.s.
Allah pun menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang Aku bersihkan dari setiap kotoran dan Aku memperingatkannya supaya berhati-hati. Aku membakar hati mereka dengan cinta-Ku. Mereka terus menerus memandang-Ku. Aku menenteng hati mereka dengan tangan-Ku langsung untuk dibawa ke langit-Ku. Kemudian, Aku mengumpulkan malaikat-malaikat pilihan-Ku. Ketika mereka berkumpul, mereka bersujud kepada-Ku. Lalu, Aku berkata kepada mereka, ‘Aku memanggil kalian bukan untuk bersujud kepada-Ku. Tapi, Aku memanggil kalian untuk diperlihatkan kepada hati orang-orang yang rindu kepada-Ku. Aku membanggakan mereka kepada kalian. Sebab, hati mereka memancarkan sinar di langit-Ku untuk para malaikat-Ku. Persis seperti matahari yang memancarkan sinar bagi penghuni bumi.
Allah pun menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang Aku bersihkan dari setiap kotoran dan Aku memperingatkannya supaya berhati-hati. Aku membakar hati mereka dengan cinta-Ku. Mereka terus menerus memandang-Ku. Aku menenteng hati mereka dengan tangan-Ku langsung untuk dibawa ke langit-Ku. Kemudian, Aku mengumpulkan malaikat-malaikat pilihan-Ku. Ketika mereka berkumpul, mereka bersujud kepada-Ku. Lalu, Aku berkata kepada mereka, ‘Aku memanggil kalian bukan untuk bersujud kepada-Ku. Tapi, Aku memanggil kalian untuk diperlihatkan kepada hati orang-orang yang rindu kepada-Ku. Aku membanggakan mereka kepada kalian. Sebab, hati mereka memancarkan sinar di langit-Ku untuk para malaikat-Ku. Persis seperti matahari yang memancarkan sinar bagi penghuni bumi.
Wahai Dawud! Aku menciptakan hati orang-orang yang rindu kepada-Ku dari ridha-Ku. Aku menganugrahinya dengan cahaya wajah-Ku. Aku menjadikan mereka untuk berbicara dengan-Ku. Aku menjadikan badan-badan mereka tempat-Ku memandang bumi. Aku menjadikan dari sebagian hati mereka jalur untuk memandang-Ku. Setiap hari kerinduan mereka bertambah terus.”
----Imam Al-Ghazali dalam Al-Mahabbah
DAHSYATNYA
CINTA KEPADA RASULULLAH
Imam
Al-Qasthulani mengatakan, "Allah menjadikan pahala bagi orang yang dengan
tulus mengikuti Rasulullah SAW berupa kecintaan-Nya kepadanya. Karena,
ketulusan mengikuti Nabi SAW dapat menumbuhkan rasa mencintai dan dicintai
sekaligus. Dengan begitu, sempurnalah proses cinta. Tidak cukup engkau
mencintai Allah. Allah pun harus mencintaimu juga. Dia tidak akan mencintaimu jika
kamu tidak mengikuti kekasih-Nya lahir dan batin.
Allah
SWT akan mencintaimu jika kamu membenarkannya, mengikuti perintahnya, menjawab
seruannya, mendahulukan ketaatan kepadanya, meninggalkan hukum yang lain untuk
tunduk pada hukumnya, meninggalkan kecintaan kepada mahluk lainnya dan
semata-mata mencintainya. Inilah yang dimaksud dengan ”Ikutilah aku, Allah akan
mencintaimu."
Rasulullah
SAW, "Ada tiga hal yang bila ada semuanya pada diri seseorang, ia akan
merasakan manisnya iman. Pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari apa
pun selain keduanya; kedua, ia mencintai orang semata-mata karena Allah; dan
ketiga, ia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya
seperti ia benci untuk dilemparkan ke dalam api Neraka," (HR Bukhari).
Rasulullah
SAW mengajarkan pada umatnya yang mencintainya, Allah SWT akan menggabungkan
para pecinta itu, baik secara ruhaniyah di dunia dan secara hakiki di akhirat
dengan kekasih-Nya. Sebagaimana kisah yang diriwayatkan oleh Sufyan bin
Qudamah. Beliau berkata, "Aku hijrah ke Madinah dan aku bertemu Nabi. Aku
menyapanya, ‘Ya Rasul Allah, berikan tanganmu, aku mau berbai'at." Beliau
pun menjulurkan tangannya kepadaku. Aku bertanya, "Ya Rasul Allah, aku
mencintaimu." Beliau pun bersabda, "Manusia akan digabungkan bersama
orang yang dicintainya."
Seorang
lelaki bertanya kepada Nabi tentang Hari Kiamat. Beliau bertanya, "Apa
yang telah kau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu
menjawab,"Tak ada sama sekali. Tapi aku mencintai Allah dan
Rasul-Nya." Beliau bersabda, "Kau bersama orang yang kau cintai."
LAKUKANLAH
SEKARANG JUGA!
"Seorang bijak pasti akan melakukan muhasabah setiap pagi, khususnya setelah shalat subuh, lalu berkata pada jiwanya: "Wahai jiwaku, tujuan hidupmu hanya satu. Meskipun satu detik, saat yang telah terlewat takkan bisa dikembalikan. Karena, dalam perbendaharaan Allah, bagian nafasmu sudah ditentukan, tak bisa ditambah atau dikurangi. Ketika kehidupan berakhir, tak ada lagi laku batin yang dapat kau jalani. Maka, apa yang bisa kau lakukan, kerjakanlah sekarang!"
--Demikian Imam Al-Ghazali dalam Kimiya As-Sa'ada
CATATAN
UNTUK SAHABAT
Jika engkau berteman dengan hamba dunia, engkau akan ditarik kepadanya. Sedangkan jika engkau berteman dengan hamba akhirat, maka engkau akan ditarik kepada Allah. Menurut Abu Dzar r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal perbuatan adalah cinta di jalan Allah dan benci di jalan Allah.” (HR Abu Dawud)
Sahabat
Nabi bernama Anas r.a. menuturkan bahwa ada seseorang yang bertanya
kepada Rasulullah SAW, “Kapan kiamat tiba?” Beliau pun menjawab, “Apa yang
sudah engkau persiapkan untuknya?”
“Tidak
ada. Kecuali aku mencintai Allah dan rasul-Nya,” jawab orang itu.
Mendengar hal itu, Rasul pun bersabda lagi, “Engkau akan bersama orang yang kau cintai.”
Anas r.a. mengatakan, “Kami tak pernah sebahagia ketika Rasul SAW bersabda,”Engkau bersama orang yang kau cintai.’ Aku sangat mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku pada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bahwa mencintai orang-orang yang shaleh akan sangat bermanfaat di dunia dan akhirat. Bermanfaat di dunia karena memberi teladan yang baik, nasihat yang tulus, serta membantu dalam melaksanakan amal kebaikan serta berakhlak dengan sifat-sifat terpuji.
Mendengar hal itu, Rasul pun bersabda lagi, “Engkau akan bersama orang yang kau cintai.”
Anas r.a. mengatakan, “Kami tak pernah sebahagia ketika Rasul SAW bersabda,”Engkau bersama orang yang kau cintai.’ Aku sangat mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku pada mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bahwa mencintai orang-orang yang shaleh akan sangat bermanfaat di dunia dan akhirat. Bermanfaat di dunia karena memberi teladan yang baik, nasihat yang tulus, serta membantu dalam melaksanakan amal kebaikan serta berakhlak dengan sifat-sifat terpuji.
Adapun
ketika di akhirat, kita akan dikumpulkan bersama mereka, digolongkan dalam
kelompok mereka, dan mendapat syafaat mereka. Maka, kita harus bisa memilih
siapa orang yang layak dijadikan sahabat. Sebagaimana untuk keperluan tubuh,
kita memilih makanan yang baik dan tidak berbahaya.
--Dikutip
dari Kitab Bahjat An-Nufus karya Ibnu Atha’illah
TAKDIR
MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirrul-Asrar menegaskan, “Karena itu,
seseorang tidak boleh berlindung pada rahasia takdir untuk meninggalkan amal
saleh. Seperti alasan, “Kalaupun aku di zaman azali sudah ditakdirkan menderita
maka tidaklah ada manfaatnya beramal saleh. Dan, jika aku memang ditakdirkan
bahagia maka tidaklah membahayakan bagiku untuk
melakukan amal buruk.”
Pengarang
kitab Tafsir Al-Bukhari berkata, “Sesungguhnya kebanyakan dari rahasia itu
diketahui tapi tidak perlu dibahas seperti rahasia takdir. Seperti Iblis,
ketika ia mengelak untuk tidak menghormati Adam, ia berkelit pada hakikat
takdir. (Ketika ia ditanya mengapa engkau tidak menghormati Adam. Ia menjawab,
“Inikah takdir-Mu Ya Allah?”). Dengan begitu ia kufur dan diusir dari surga.
Sebaliknya, Nabi Adam AS selalu menimpakan kesalahan pada dirinya, maka mereka
bahagia dan diberi rahmat (tidak mempermasalahkan takdir Allah SWT).
Hal
yang wajib bagi semua Muslim adalah jangan berpikir tentang hakikat takdir,
agar ia tidak tergoda dan terpeleset menjadi zindik. Justru yang wajib bagi
seorang Muslim dan mukmin adalah yakin bahwa Allah SWT adalah Maha Bijaksana.
Segala sesuatu yang terjadi dan terlihat oleh manusia di muka bumi ini, seperti
kekufuran, kemunafikan, kefasikan, dan sebagainya, adalah perwujudan dari
ke-Maha Kuasa-an Allah dan Hikmah-Nya. Dalam hal ini terdapat rahasia luar
biasa yang tidak dapat diketahui, kecuali oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah
hikayat diceritakan bahwa sebagian ahli makrifat bermunajat kepada Allah SWT,
“Ya Allah, Engkau telah menakdirkan, Engkau menghendaki dan Engkau telah
menciptakan maksiat dalam diriku,” tiba-tiba datanglah suara gaib, “Hai
hamba-Ku, semua yang kau sebutkan itu adalah syarat ketuhanan, lalu mana syarat
kehambaanmu?” Maka sang ahli makrifat itu menarik kembali ucapannya, “Aku
salah, aku telah berdosa dan aku telah berbuat zalim pada diriku.” Maka
datanglah jawaban dari suara gaib, “Aku telah mngempuni. Aku telah memaafkan
dan Aku telah merahmati.”
Maka
yang wajib bagi semua mukmin adalah berpandangan bahwa amal yang baik adalah
atas taufik Allah dan amal yang buruk adalah dari dirinya, sehingga ia termasuk
ke dalam hamba-hamba Allah yang disinggung dalam Al-Qur’an,
“Dan
juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
dirinya sendiri, mereka mengingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah.” (QS.
Ali ‘Imrân [3]: 135)
Jika seorang hamba menganggap bahwa perbuatan maksiat berasal dari dirinya, maka ia termasuk orang yang beruntung dan selamat. Ketimbang menganggap bahwa dosa adalah dari Allah SWT, meskipun secara hakiki memang Allah SWT penciptanya.”
Jika seorang hamba menganggap bahwa perbuatan maksiat berasal dari dirinya, maka ia termasuk orang yang beruntung dan selamat. Ketimbang menganggap bahwa dosa adalah dari Allah SWT, meskipun secara hakiki memang Allah SWT penciptanya.”
--Kitab
Sirrul-Asrar wa Mazh-harul-Anwar; Rasaning Rasa karya Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani, terjemah KH Zezen ZA Bazul Ashab, Salima dan Pustaka Zainiyyah,
Juni 2013
PESAN
SYEKH ABDUL QADIR UNTUK ANAK MUDA
Wahai
anak muda! Engkau harus berjuang dengan sepenuh kemampuanmu untuk menaati Allah
dan Rasul-Nya. Engkau harus melakukan setiap upaya untuk memberi kepada
orang-orang yang tidak mau memberi kepadamu, menyambungkan tali silaturahim
dengan orang-orang yang memutuskannya denganmu, dan memaafkan mereka yang
menzalimimu.
Engkau
harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap usaha agar berhasil, sedangkan
matamu tetap berada bersama dengan hamba-hamba Allah yang taat, sedangkan
kalbumu bersama Allah dan hamba-hamba itu.
Engkau
harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan
bahwa engkau selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah berdusta.
Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan bahwa engkau selalu tulus ikhlas dan tidak bersikap munafik!
Engkau harus melakukan sepenuh kemampuanmu setiap dalam setiap usaha untuk memastikan bahwa engkau selalu tulus ikhlas dan tidak bersikap munafik!
Luqman
Al-Hakim (semoga Allah merahmatinya) sering kali berkata kepada anaknya,
"Wahai anakku, janganlah engkau menyombongkan diri kepada manusia.
Celakalah engkau jika engkau kelak bertemu dengan Allah SWT, sedangkan kalbumu
tidak berharga!"
Wahai
anak muda! Janganlah engkau menjadi orang yang bermuka dua, berlidah
dua dengan dua macam prilaku, yang satu untuk berhubungan dengan si fulan dan
yang lain untuk berhubungan dengan orang yang lain. Aku bisa memastikan
kepadamu bahwa aku telah diberi wewenang untuk berurusan dengan setiap munafik
yang berdusta dan Dajjal. Aku telah diberi wewenang untuk berurusan dengan
setiap orang yang bersalah karena tidak taat kepada Allah, yang terpenting di
antaranya adalah Iblis dan yang paling remeh adalah pendosa yang biasa (fasiq).
Aku memerangimu dan memerangi setiap orang yang
sesaat, yang menyesatkan orang lain!
--Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Jala al-Khawathir
KUSAPA
ENGKAU DENGAN DOA
"Ya Allah, anugerahilah kami rasa takut kepada-Mu yang menjadi penghalang antara kami dan maksiat-maksiat kami, dan anugerahilah kami ketaatan kepada-Mu yang dapat mengantarkan kami kepada surga-Mu, dan anugerahilah kami keyakinan yang dapat meringankan berbagai musibah dunia. Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada kami, melalui pendengaran kami, penglihatan kami, kekuatan kami, selama Engkau menghidupkan kami. Dan jadikanlah kebahagiaan itu selamanya bersama kami. Jadikanlah rasa marah kami untuk melawan orang-orang yang menzhalimi kami dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami. Jangan Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan tertinggi kami dan puncak pengetahuan kami dan janganlah Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami menjadi pemimpin kami.” (HR al-Tirmidzi).
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا ، اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا .
`allâhummaqsim
lanâ min khasyyatika mâ tahûlu bihî bainanâ wabaina ma'âshîka, wamin thâ'atika
mâ tuballighunâ bihî jannataka, waminal yaqîni mâ tuhawwinu bihî 'alainâ
mashâ`ibad-dunyâ, `allâhumma matti'nâ bi`asmâ'inâ, wa`abshârinâ, waquwwatinâ mâ
`ahyaitanâ, waj'alhul wâritsa minnâ, waj'al tsa`ranâ 'alâ man zhalamanâ,
wanshurnâ 'alâ man 'âdânâ, walâ taj'al mushîbatanâ fî dîninâ, walâ
taj'alid-dunyâ ``akbara hamminâ, walâ mablagha 'ilminâ, walâ tusallith 'alainâ
man lâ yarhamunâ
Diambil dari page Tasawuf Underground
https://www.facebook.com/tasawufunderground?hc_location=timeline
No comments:
Post a Comment