Syekh Abdul Qadir Jailani mengatakan, "Musibah dari Allah adakalanya merupakan hukuman dan siksaan atas dosa dan maksiat. Bisa juga musibah merupakan penghapus dosa dan pengampunan. Adakalanya musibah adalah pengangkatan derajat dan kedudukan, seperti dialami orang-orang yang telah mendapat pertolongan Allah.
Musibah yang mereka terima bukanlah untuk menghancurkan dan menghinakan mereka, melainkan untuk menguji dan memilih mereka.
Musibah membersihkan hati mereka dari syirik serta kebergantungan pada makhluk dan sebab-akibat.
Setiap jenis musibah memiliki ciri masing-masing. Musibah yang merupakan siksaan ditandai dengan ketidaksabaran dan keluhan kepada Allah saat musibah itu datang. Musibah yang merupakan pengampunan dosa dan kesalahan ditandai dengan kesabaran penuh.
Terakhir, musibah yang merupakan pengangkatan derajat ditandai dengan keridaan, ketenangan dan ketentraman terhadap perbuatan Tuhan di bumi dan langit."
--Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Fathu al-Ghaib
Musibah yang mereka terima bukanlah untuk menghancurkan dan menghinakan mereka, melainkan untuk menguji dan memilih mereka.
Musibah membersihkan hati mereka dari syirik serta kebergantungan pada makhluk dan sebab-akibat.
Setiap jenis musibah memiliki ciri masing-masing. Musibah yang merupakan siksaan ditandai dengan ketidaksabaran dan keluhan kepada Allah saat musibah itu datang. Musibah yang merupakan pengampunan dosa dan kesalahan ditandai dengan kesabaran penuh.
Terakhir, musibah yang merupakan pengangkatan derajat ditandai dengan keridaan, ketenangan dan ketentraman terhadap perbuatan Tuhan di bumi dan langit."
--Syekh Abdul Qadir Jailani dalam Fathu al-Ghaib
Tasawuf Underground
No comments:
Post a Comment