..:: Al-Quran:::..

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam... kerana diammu itu adalah salah satu bukti cintamu padanya...kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mahu merosak kesucian dan penjagaan hatinya.

-al-'Asyiq


قُلْ سِيْرُوا فِى الَأَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ بَدَأَ الخَلْقَ



" Tanda Kita kasih Kepada al-Qur'an Ialah Dengan Kita Membacanya, Beramal Dengannya, Memahami Tuntutan, Menjunjung Suruhan dan Meninggalkan Larangan-Nya.."

"...Sesungguhnya Allah Tidak Melihat Kepada Jasad dan Tidak Juga Kepada Rupa Paras Kamu, Tetapi Allah Taala Memandang Kepada Hati Kamu.." - Hadis Rasulullah SAW.

::..Baca dan Cintai al-Quran & Buku Demi RedhaNya Supaya Tergolong Dalam Orang-Orang Yang Berfikir..::

`::: HaDis :::


click to create your glitter text

Rasulullah SAW bersabda: " Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memberi kemudahan baginya menuju syurga.."

~ Mutiara kata al Hikmah ~

" Allah menurunkan rahmat ilmu melalui lapar dan berpuasa. Sebaliknya kejahilan terjadi akibat perut yang sentiasa kenyang."

Friday, June 15, 2012

Yang Kusuka dari Jalaluddin Rumi (Diwani Syamsi Tabriz bagian 2)



Jika matamu telah terbuka
bagi matahari persatuan, maka segeralah
datang pada Cakrawala Realitas – realitas.
Hentikan segala pembicaraan tentang bayang – bayang. 
(42)

Bebaskan diri kita dari harapan
mendapat surga dan ketakutan pada neraka!
Bebaslah kebanggaan para fakir dari malu
pada roh mereka sendiri! Hancurkan segala
lukisan dan gambar demi Tuhan Yang
Maha Melukis. Tuhan telah menumpahkan
seratus ribu darah!
Dengan api kebaikan abadi,
bakarlah roh – roh agar membara!
Tiada satu pun hasrat memahami rahasia –
rahasia keperkasaan-Mu kecuali dia yang
keluar dari pekerjaan rohani tanpa eksistensi,
musnah oleh kefakiran. 
(44)

Tentu saja, kegelisahan pikiran
adalah bentuk lain dari kecerdasan. Sebab
tidak bisa seseorang yang tenang dan
berpikiran cerdas disepadankan
dengan pemimpi yang tidur.
Selama burung berada di dalam sangkar, ia
menderita kepenatan. Jika sangkar telah
hancur, lalu apa yang terjadi?
Ketika akal hadir, nafs penuh dengan
kesalahan – kesalahan dikarenakan dosa.
Namun, manakala Akal sejati hadir, di
manakah dosa – dosa nafs?
 (48)

Ketika para malaikat bersujud kepadanya,
Adam berkata pada salah satu yang hanya
melihat kulit, “Makhluk dungu! Apakah kau
anggap diriku tiada lain hanya
jasad kerdil?” 
(50)

Jika dualitas sampai bersemayam
di hati dan roh walau sejengkal waktu, maka
akal akan mempertontonkan bahwa Adam
dan Hawa hanyalah nafs. (51)

jangan kau seperti Iblis,
hanya melihat air dan lumpur ketika
memandang Adam. Lihatlah di balik lumpur,
beratus – ratus ribu taman yang indah! 
(53)

Iblis melihat segala sesuatau dalam
keterpisahan. Karena itu dalam pandangannya
kita terpisah dari Tuhan. 
(54)

Tataplah dirimu sendiri walau sejenak!
Lihatlah isyarat dari keindahan
wajahmu sendiri!
Maka kau tidak akan tertidur seperti binatang
dalam kubangan lumpur jasad.
Karena itu kau dapat
menuju rumah kebahagiaan tempat
roh – roh bermesraan.
 (55)

Jasad itu sesungguhnya hanyalah
sebongkah tanah. Ia menjadi hidup hanya jika
ada roh yang memancarinya. 
(56)

Seandainya kau hanya jasad ini,
kau tidak akan mengerti tentang roh.
Padahal jika saja kau roh ini, kau
dapat tinggal dalam kebahagiaan. 
(57)

Barangsiapa yang menatap
seseorang yang menempuh jalan rohani
dengan matanya yang lemah, maka kau
harus menertawakan ketertipuan
kedua matanya!
 (58)

Jika saja Amanat Tuhan
tidak menyinari Bumi, aku akan penuh dosa,
dzalim seperti watak dunia.
Bukankah jalan dari kuburan menuju
firdaus begitu lempang, mengapa aku begitu
senang  dan betah di kuburan jasad ini?
Dan bukan kah ada jalan ke kiri dan ke kanan?
Mengapa aku seperti kebun berkawan
dengan angin utara dan selatan?
Bukankah ada Kebun Kemurahan, bagaimana
aku dapat berkembang? Jika bukan karena
karunia Tuhan, aku akan menjadi orang yang suka
mencampuri urusan orang! 
(59)


http://narasomanotebook.blogspot.com/2011/07/yang-kusuka-dari-jalaluddin-rumi-diwani.html

No comments: